Beranda Ekbis Minat dan Gairah, Kunci Sukses Menjadi Wirausahawan Sosial

Minat dan Gairah, Kunci Sukses Menjadi Wirausahawan Sosial

POJOKSULSEL.com, YOGYAKARYA – Minat dan gairah berwirausaha merupakan kunci yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh seorang yang hendak terjun dalam dunia wirausaha sosial. Sebab sangat dibutuhkan untuk menggerakkan orang lain untuk ikut berwirausaha bersamanya.

“Jika passion telah dimiliki, maka pelaku wirausaha sosial akan terus-menerus berusaha secara ikhlas tanpa berpikir dan berhitung keuntungan semata,” kata Maria Loretha, penggagas pengembangan pertanian tanaman sorgum di Flores, pada kuliah umum ‘Mengatasi Masalah Sosial melalui Socioprenuership’, di Auditorium Mandiri, Fisipol UGM, Minggu (22/7/2018).

Wirausaha sosial atau sociopreneurship menjadi tema bahasan karena sejalan dengan tujuan program Akademi Kewirausahaan Masyarakat (AKM) yang diinisiasi Creative-Hub Fisipol UGM. Program AKM diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran terdidik atau sarjana pengangguran yang setiap tahunnya bertambah sekitar 60 ribu orang.

Kuliah umum yang merupakan agenda pertama AKM, diikuti 100 sarjana peserta AKM, mahasiswa UGM dan masyarakat umum. Para peserta AKM yang bakal diterjunkan menjadi pendamping para wirausahawan di berbagai desa di tanah air adalah mereka yang belum terserap di dunia kerja.

Selain Maria Loretha, menjadi pemateri adalah Tri Mumpuni pendiri Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan) dan Gamal Albinsaid pendiri Klinik Asuransi Sampah asal Malang. Pinjung Nawang Sari, dosen Fakultas Pertanian UGM bertindak sebagai moderator.

Para pembicara berbagi pengalaman suka-duka selama proses merintis wirausaha sosial hingga diakui banyak pihak. Tri Mumpuni menekankan pentingnya dukungan kebijakan dari para pengambil keputusan yang berpihak pada keberlangsungan wirausaha sosial dan usaha kecil masyarakat lainnya.

Sementara Gamal Albinsaid menekankan bahwa wirausahawan sosial harus menjadikan dampak sosial sebagai target dari usahanya. “Bukan sekedar tentang personal profit atau keuntungan pribadi. Sebab alat ukur yang digunakan dalam sociopreneurship adalah nilai sosial dan bukan nilai uang,” kata Gamal.

(pojoksulsel)