Penulis: Erna Yanti (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Media diketahui sangat intens dalam menyoroti kasus menyebarnya Virus Corona yang terjadi di Wuhan China, virus yang menyerang pernapasan itu mengakibatkan masyarakat di sejumlah negara mengalami kematian dan perawatan khusus, pada kasus Indonesia sendiri mengalami keterbatasan akses informasi jadi penyebabnya.
Indonesia sendiri mengalami kegagapan terkait dengan virus corona, utamanya pemahaman di dua daerah yang menolak pemakaman jenazah terkait virus corona. Video pertama datang dari Gowa, Sulawesi Selatan. Sebagian masyarakat yang menutup mobil ambulance yang ingin mengantarkan jenazah kerumah duka, sehingga terhalang sejumlah warga yang menutup akses jalan dengan beberapa kayu dan alat bangunan lain sekiranya tidak bisa dilalui oleh mobil ambulance.
Selanjutnya video yang kurang lebih sama, mampu kita temui di Jawa Tengah, meskipun jumlah masyarakat dalam video tidak sebanyak yang kita dapatkan di Gowa, Sulawesi Selatan. Akan tetapi, pada dasarnya masyarakat menolak jenazah terkait virus corona.
Pada video tersebut sekumpulan masyarakat menjadi sosok yang sangat tidak bermasyarakat, ribut dan juga selalu melakukan aksi-aksi yang tidak terpuji. Semua bentuk di dalam video penolakan jenazah virus corona adalah sebuah konstruksi media massa. Di dalam video penolakan jenazah virus corona masyarakat menjadi sosok berbeda didalam menghadang mobil jenazah terkait virus corona.
Sikap mereka tentu tidak patut dan tidak manusiawi. Ada yang diteriaki, dicaci maki, ada yang dilempari batu. Hancur sekali perasaan ini melihat perlakuan sekelompok makhluk yang mengatas namakan diri manusia itu menolak pemakaman pasien COVID-19. Perlu kita pikirkan lagi bahwa virus ini telah membuat kita kehilangan banyak hal.
Kita kehilangan kerabat, kehilangapekerjaan, kehilangan penghasilan, kehilangan waktu khusus untuk berjamaah ke masjid, kehilangan waktu khusus utk beribadah. Jangan sampai kita juga kehilangan rasa kemanusiaan. Kalau itu terjadi, ini tragedi yang jauh lebih buruk daripada virus itu sendiri.
Hal itu menunjukkan gejala kepanikan dan histeria massa. Gejala sosial yang perlu ditemui bersama. Saya rasa kepanikan dan masyarakat terbentuk akibat munculnya informasi mengenai kekurangan sarana-prasarana kesehatan, dari kurangnya alat perlindungan diri bagi tenaga kesehatan hingga rumah sakit yang menolak pasien dengan gejala corona.
Di sisi lain, masyarakat yang sedang kehilangan pendapatan karena aktivitasnya perekonomian akan merasa sangat terbebani oleh biaya perawatan jika dirawat di rumah sakit.olemik penolakan jenazah pasien Covid-19 dimakamkan di lingkungan sekitar masyarakat, memunculkan ketakutan bahwa jenazah ini bisa menyebarkan virus corona melalui tanah.
Benarkah jenazah pasien Covid-19 yang telah dimakamkan bisa menyebarkan virus Corona, melalui tanah? Hal penting yang harus diketahui seluruh masyarakat bahwa virus corona tidak bisa mencemari tanah atau sumber air di sekitarnya. Dengan begitu, virus tersebut tidak akan menyebar di sekitar lingkungan area pemakaman. Bukan tanpa alasan, virus corona atau Covid-19 tidak akan bertahan lama di luar tubuh manusia. Bahkan, virus tersebut akan segera mati begitu jenazah telah dimakamkan.
Memberikan tempat untuk peristirahatan terakhir bagi saudara-saudara kita yang meninggal merupakan salah satu bentuk kepedulian kita terhadap mereka. Kita memang patut waspada terhadap penyebaran virus Corona, tetapi menolak untuk mengkebumikan jenazah yang diduga akibat dari virus tersebut bukanlah tindakan yang tepat. Selain tidak berhubungan dengan penyebaran virus, ini juga bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang kita miliki.
Lagipula kasus tersebut tidak sesuai dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila sila ke-2 “kemanusiaan yang adil dan beradab” . Kita harus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan kita, jangan hanya karena kita tidak diposisikan mereka terus bisa bertindak semena-mena terhadap orang lain. Terkait kasus tersebut sebaiknya masyarakat setempat diberikan pemahaman terkait penularan virus covid 19, bahwasannya jenasah pasien covid 19 sudah melalui serangkaian prosedur pemakaman covid yang sangat tepat, sehingga warga masyarakat setempat tidak perlu khawatir tertular.
Menolak pemakaman jenazah pun dirasa tidak mengindahkan asas kemanusiaan dalam kehidupan sosial di masyarakat. Reaksi penolakan tersebut juga bukan menjadi solusi dalam mencegah penularan virus. Justru, adanya aksi penolakan tersebut akan menambah duka yang semakin mendalam bagi pihak keluarga yang ditinggalkan.
Dengan begitu, tidak perlu lagi melakukan aksi penolakan pemakaman jenazah untuk mencegah penyebaran virus. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat dihimbau untuk saling membantu dan bersama-sama melakukan penanganan terbaik agar tantangan wabah ini bisa segera terselesaikan.