Beranda Sulsel Ditemui Wakil Rakyat, Begini Ironi Kehidupan Penderita Kusta di Selatan Makassar

Ditemui Wakil Rakyat, Begini Ironi Kehidupan Penderita Kusta di Selatan Makassar

POJOKSULSEL.com, MAKASSAR – Masyarakat penderita kusta di Jalan Dangko Kota Makassar mengeluhkan kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap penderita kusta di Selatan Kota Makassar. Hal itu diceritakan oleh sejumlah penderita kusta saat ditemui oleh Anggota DPRD Kota Makassar Badaruddin Ophier.

Mereka yang berjumlah sekitar 500 orang menilai pemerintah telah bertindak diskriminatif terhadap jaminan hak sosial yang wajib didapatkan oleh penderita kusta dari pemerintah. Padahal pemerintah pusat sedang menggadangkan pelayanan optimal kesehatan masyarakat Indonesia.

“Tidak ada fasilitas puskesmas pembantu disini. Kalau dulu ada Rumah Sakit khusus penderita kusta yang sekarang berubah menjadi Rumah Sakit HJ. Lalu untuk pelayanan kesehatan untuj penderita kusta di pindahkan ke RSUD Daya, sangat jauh dari pemukinam kami, disanapun kami mendapati kesulitan untuk berobat,” cerita salah satu seorang penderita kusta, Abdul Rahman saat ditemui di kediamannya, Komplek Kusta, Jl. Dangko Makassar, Sabtu (21/7/2018).

Rahman berharap, pemerintah serius memperhatikan penderita kusta, khususnya pelayanan kesehatan. “Pemerintah harusnya memberikan kami paling tidak Puskesmas Pembantu, karena selama ini kami susah,” harap Rahman.

Penderita kusta lainnya, Yahya Adam juga mengeluhkan perihal bantu sosial dari Dinasos Sulsel. Menurutnya bantuan tidak lagi relevan dengan keadaan warga penderita kusta.

“Bantuan yang ada tidak lagi relevan dengan keadaan yang saat ini dihadapi oleh penderita kusta, itu terjadi selama 27 tahun, sampai sekarang, seperti itu-itu saja, sementara anggaran untuk hal-hal lainnya terus meningkat,” ujarnya.

“Karena warga disini bukan hanya menderita kusta, tapi juga punya keterbatan fisik, Ini mi biasa kita dapatkan diskrimasi dari pemerintah, karena biasanya sebagian teman-teman disini hanya bisa mengaharapkan belas kasih dari orang lain dengan mengemis,” lanjutnya.

“Pernah teman kami yang cacat diamankan Sat Pol PP karena mengemis, lalu dibawah ke Jalan Korban 40.000 jiwa dan disuruh pulang sendiri ke Jalan Dangko, bhayangkan,” tutup Yahya dengan nada terbata-bata.

(rls/pojoksulsel)