Beranda Opini OPINI: Pangadereng dan Sumange Tea Lara dalam Menguatkan Kedaulatan Bangsa melalui Peran...

OPINI: Pangadereng dan Sumange Tea Lara dalam Menguatkan Kedaulatan Bangsa melalui Peran HMI di Kabupaten Bone

Penulis: Muh Zefri Awal (HMI Cabang Bone Provinsi Sulawesi Selatan)

Sebagai salah satu daerah di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bone memiliki banyak potensi. Potensi ini berasal dari kekayaan budaya dan keindahan alam serta semangat masyarakat yang kuat untuk membangun kedaulatan bangsa. Masyarakat Bugis Kabupaten Bone sangat menghargai Pangadereng dan Sumange Tea Lara.

Dua ide ini tidak hanya menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi inspirasi bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk berpartisipasi dalam memperkuat kedaulatan bangsa, terutama dengan melakukan hal-hal nyata untuk menyelesaikan masalah di daerah.

Pangadereng dan Sumange Tea Lara: Landasan Nilai dalam Membangun Kedaulatan Bangsa
Pangadereng adalah norma masyarakat Bugis yang menjadi pedoman hidup sehari-hari, mengatur segala aspek perilaku dan interaksi sosial.

Dalam Pangadereng, terdapat unsur-unsur penting seperti ade’ (adat kebiasaan), rapang (perumpamaan), wari’ (pelapisan sosial), dan bicara (pengadilan). Semua elemen ini menyatukan masyarakat dalam keharmonisan dan rasa saling menghargai, sekaligus memperkokoh persatuan (Harnida, 2020).

Sementara itu, Sumange Tea Lara sebagai motto Kabupaten Bone melambangkan integrasi jiwa dan raga, serta semangat kebersamaan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan. Esensi dari motto ini adalah bahwa segala usaha dan tantangan harus dihadapi dengan kesatuan hati dan tekad, berlandaskan kebersamaan yang tidak terpecah.

Hal ini sejalan dengan semangat kedaulatan bangsa, di mana tiap individu, kelompok, dan elemen masyarakat harus bersatu untuk mewujudkan visi besar bersama.
Mengatasi Isu Daerah di Kabupaten Bone Melalui Peran HMI

HMI dapat memainkan peran penting dalam memecahkan masalah yang dihadapi Kabupaten Bone, seperti ketimpangan sosial, kemiskinan, kurangnya akses ke pendidikan, dan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan. Menggunakan Pangadereng dan Sumange Tea Lara sebagai dasar, HMI dapat mendorong masyarakat untuk bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih efisien dan berkelanjutan.

1. Menangani Ketimpangan Sosial dan Kemiskinan
Ketimpangan sosial sangat memprihatinkan di Kabupaten Bone. Daerah terpencil tetap tertinggal karena tidak memiliki akses ke layanan pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan. HMI dapat berperan aktif dalam memfasilitasi dialog antar lapisan masyarakat dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip dalam Pangadereng terutama yang terkait dengan ade’ dan wari’.

Dengan cara ini, HMI dapat mendidik masyarakat untuk lebih peduli terhadap perbedaan sosial dan membantu menyebarluaskan sumber daya untuk pemerataan pembangunan, mendorong pembentukan kebijakan publik yang lebih inklusif dan berkeadilan.

HMI dapat menginisiasi program pendidikan berbasis komunitas yang mengangkat nilai Pangadereng dan Sumange Tea Lara, mengajarkan pentingnya kebersamaan dalam mengatasi ketimpangan sosial. Melalui kerja sama antara pemuda, masyarakat, dan pemerintah daerah, program pemberdayaan ekonomi dan pendidikan yang lebih merata bisa terwujud.

2. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan
Kabupaten Bone memiliki banyak sumber daya alam, tetapi belum sepenuhnya dikelola untuk keberlanjutan. Masalah perusakan lingkungan dan eksploitasi berlebihan masih perlu ditangani.

HMI dapat membantu berbicara antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa pembangunan yang ada tidak merusak lingkungan dan memperhatikan keberlanjutan alam melalui bicara dalam Pangadereng, yang menekankan pentingnya musyawarah untuk mencapai keputusan yang adil.

HMI dapat melaksanakan kampanye pendidikan lingkungan berbasis pada nilai-nilai lokal misalnya nilai-nilai 3S Sipakatau (saling memanusiakan) Sipakalebbi (Saling menghargai), Sipakainge (saling mengingatkan).

Hal ini dapat mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga sesama dari segi kemanusiaan, menjaga alam dan bersosial demi keberlanjutan generasi mendatang. Kampanye ini bisa melibatkan komunitas lokal dan pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan yang mendukung pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan.

3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Untuk pembangunan yang merata di Kabupaten Bone, masyarakat harus terlibat secara aktif dalam setiap aspek pembangunan. Sumange Tea Lara menggarisbawahi betapa pentingnya berkolaborasi saat menghadapi tantangan; ini dapat berfungsi sebagai dorongan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Dengan kekuatan dan jaringannya, HMI dapat mengatur program yang melibatkan pemuda dan masyarakat dalam pembangunan daerah, menanamkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas kemajuan bersama.

HMI dapat membantu masyarakat di daerah terpinggirkan mendapatkan pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi, dan mendukung pemuda dalam pembangunan infrastruktur sosial yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, HMI dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya berpartisipasi dalam proses politik dan pemerintahan untuk mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat.

Kesimpulan
Pangadereng dan Sumange Tea Lara tidak hanya sekadar nilai budaya yang diwariskan, tetapi juga dapat menjadi solusi yang kuat dalam mengatasi isu-isu daerah yang ada di Kabupaten Bone.

Dengan mengintegrasikan keduanya dalam kehidupan sehari-hari dan memperkenalkan nilai-nilai tersebut melalui peran aktif HMI, masyarakat Kabupaten Bone dapat lebih siap menghadapi tantangan dan memperkuat kedaulatan bangsa.

HMI, sebagai organisasi yang berbasis pada pemuda dan pendidikan, memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif dengan mengedepankan kebersamaan, keadilan, dan keberlanjutan sebagai landasan aksi mereka.

Daftar Pustaka
Harnida, H. (2020). Peranan Nilai-nilai Pangadereng Bugis Bone Terhadap Peningkatan akhlak Siswa Sekolah Menengah Umum di Watampone. JURNAL AL-QAYYIMAH, 3(1), 72–91.