HERALDMAKASSAR.com, Opini – Kemenangan Kotak Kosong Pilkada 2018 Kota Makassar kemarin, menanggalkan dinamika pertarungan politik antara Partai Politik melawan suara masyarakat yang tidak setuju terhadap kandidat tunggal yang diusung sejumlah Partai Politik.
Seperti diketahui, pasangan tunggal Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) bertarung melawan Kotak Kosong yang belakangan diidentikkan dengan perlawanan sang incumben Moh Ramdhan Pomanto yang tersisihkan dari pertarungan bersama pasangannya Indira Mulyasari pasca putusan Mahkamah Konstitusi mendiskualifikasi mereka karena terbukti melanggar aturan pemilu.
Putusan tersebut membuat Appi-Cicu dipertarungkan dengan Kotak Kosong dengan hasil pemungutan suara, masing-masing Appi-Cicu 264.245 suara dan Kotak Kosong 300.795 suara. KPU memutuskan Pilkada Kota Makassar 2018 dimenangkan Kotak Kosong.
Usai Pilkada, warga Kota Makassar kembali akan diperhadapkan dalam momentum politik Pilpres 2019, lantas apakah hasil Pilkada akan mempengaruhi Pilpres 2019? Jawabannya adalah Ya.
Saat ini Moh Ramdhan Pomanto yang disebutkan menjadi promotor dari kemenangan Kotak Kosong telah menentukan sikap untuk mendukung petahana calon presiden Joko Widodo bersama dengan pasangannya Ma’ruf Amin, sementara Partai Politik yang mendukung pasangan Appi-Cicu harus terpecah dukungan di Pilpres 2019, sebut saja dua partai besar seperti Gerindra dan Golkar.
Hal ini kemudian membuat Moh Ramdhan Pomanto hanya tinggal merapikan kembali barisan orang-orang yang bergerak memenangkan Kotak Kosong untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Terlebih Moh Ramdhan Pomanto masih menjabat Wali Kota Makassar saat ini hingga Maret 2019 mendatang sebelum berlangsung pemungutan suara Pilpres.
Di sisi lain, Partai Politik saat ini saling berebut dukungan, memecah konsentrasi hasil Pilkda untuk merapikan kembali basis suara terhadap dua kandidat Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi yang masing-masing didukung oleh sejumlah partai yang bersatu di Pilkada 2018 lalu.
Meski memiliki gambaran seperti diatas, pengaruh Pilkada terhadap Pilpres 2019 di Kota Makassar akan diuntungkan pada Jokowi-Ma’ruf, pasalnya dalam Pilkada pemilih mempertimbangkan figur calon, dan tidak melihat partai sebagai pengusung ideologi tertentu. Kesimpulannya bahwa incumben Moh Ramdhan Pomanto sebagai tokoh politik dibalik kemenangan Kotak Kosong akan lebih mudah mendorong warga Makassar untuk memilih Jokowi-Ma’ruf, dibanding sejumlah figur Partai Politik di Kota Makassar, khususnya terhadap partai yang mendukung pasangan Appi-Cicu.
Hal lain sebagai penguatan, saat ini budaya koalisi partai sangat cair di kalangan partai politik dalam momentum Pilpres 2019. Sementara dalam Pilkada 2018, koalisi itu tidak memiliki bentuk jelas. Di sejumlah daerah, partai pendukung Jokowi juga berkoalisi dengan pendukung Prabowo.
Kekalahan calon dari partai besar, seperti dalam kasus Makassar ini tentu dipengaruhi banyak faktor seperti karena figurnya kurang menjual, personal branding tidak jalan, gaya komunikasi buruk, belum dikenal dan belum berbuat sesuatu untuk masyarakat, muncul sebagai politisi musiman tanpa rekam jejak cukup.
Dan pada akhirnya Jokowi maupun Prabowo pastinya telah menjadikan Pilkada 2018 sebagai bahan renungan. Peta politik Pilkada ini menjadi episentrum untuk mengukur mesin partai, mengevaluasi kinerja dan mempelajari sentimen masyarakat.
Penulis : Andi Agung Setiawan, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Alauddin Makassar