BPBD Makassar akan menyiapkan data-data masyarakat penyintas bencana untuk merampungkan big data Pemkot yang akan dirangkum dalam platform sombere and smart city.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Makassar, Achmad Hendra Hakamuddin, membuat inovasi dengan nama yang kental dengan bahasa Bugis Makassar, Appakati’no.
“Appakkati’no singkatan dari aplikasi pendataan masyarakat penyintas bencana secara online,” ucap Achmad Hendra Hakamuddin, Kamis (17/3/2022).
Dalam melayani pengungsi, para personel BPBD menggunakan aplikasi pendataan masyarakat penyintas bencana secara online.
“Dalam aplikasi ini merekam data-data jumlah pengungsi berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur, anak, balita,” jelasnya.
Informasi atau data tersebut kata Hendra akan dikirim ke war room untuk diolah.
War room ialah pusat pengendali opersi penangan bencana.
Juga dijadikan tempat pusat desiminasi informasi kepada warga terkait kondisi cuaca Makassar , juga jadi pusat koordinasi lintas OPD
“Setelah data diolah di war room, data tersebut juga akan disampaikan ke SKPD terkait,” katanya. Sehingga memudahkan OPD lain untuk melengkapi fasilitas para pengungsi.
Achmad Hendra juga menyampaikan teknologi canggih yang digunakan dalam proses penanganan keselamatan warga. Ada tiga alat yang membutuhkan sokongan anggaran, antara lain drone rescue thermal detector.
Alat ini diklaim akan memudahkan proses identifikasi dan evakuasi warga yang terdampak bencana.
Misalnya, ada warga yang terjebak di rumah saat bencana banjir, drone tersebut akan langsung mengeluarkan suara berupa imbauan agar warga bersiap dievakuasi.
BPBD juga membutuhkan under water surveilance vehicle, alat yang bisa memudahkan personel mendeteksi korban tenggelam.
Drone laut atau air tersebut bisa sampai kedalaman 200 meter.
Dilengkapi lampu dan hand robot, sehingga nanti dalam kejadian seperti peristiwa tenggelam akan lebih memudahkan proses pencarian.
ehingga memudahkan OPD lain untuk melengkapi fasilitas para pengungsi.
Achmad Hendra juga menyampaikan teknologi canggih yang digunakan dalam proses penanganan keselamatan warga.
Ada tiga alat yang membutuhkan sokongan anggaran, antara lain drone rescue thermal detector.
Drone ini dilengkapi dengan camera thermal dan pengeras suara untuk memantau wilayah yang mengalami bencana.
Alat ini diklaim akan memudahkan proses identifikasi dan evakuasi warga yang terdampak bencana.
Misalnya, ada warga yang terjebak di rumah saat bencana banjir, drone tersebut akan langsung mengeluarkan suara berupa imbauan agar warga bersiap dievakuasi.
BPBD juga membutuhkan under water surveilance vehicle, alat yang bisa memudahkan personel mendeteksi korban tenggelam. Drone laut atau air tersebut bisa sampai kedalaman 200 meter.
Dilengkapi lampu dan hand robot, sehingga nanti dalam kejadian seperti peristiwa tenggelam akan lebih memudahkan proses pencarian.