Beranda Hiburan Festival Seni Pertunjukan 2023 Makassar “Toddopuli di Negeri Siam”

Festival Seni Pertunjukan 2023 Makassar “Toddopuli di Negeri Siam”

HERALDMAKASSAR – Pertunjukan Teater Tari Musik “Toddopuli di Negeri Siam” ditulis dan disutradarai oleh Maestro Teater Dr. Asia Ramli, M.Pd (Dosen Jurusan Seni Pertunjukan Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar) diproduksi oleh Teater Kita Makassar dan dipentaskan dalam “Festival Seni Pertunjukan 2023” yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Makassar pada Sabtu, 13 Mei 2023 di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie Makassar.

Pertunjukan ini didukung oleh Andi Taslim Saputera, S.Pd S.Sn (Co Director), Dr. Arifin Manggau, S.Pd., M.Pd (Composer), Dr. Joharlinda, S.Pd., M.A dan A. Asrul, Rifai, Andi (Penata Gerak), Rahma, S.Pd., S.Sn., dan Ardiyansyah Anwar (Penata Kostum/Rias), Ahmad dan Muh. Yusuf B (Asisten Composer), Andi Hendra, S.Pd dan Aco Sulsafri (Pimpinan Produksi), Jaka (Penata Artistik), Rezky, Adel, Aldy (Video Art dan Dokumentasi), Jamal April Kalam (Stage Manajer), Cua dan Sukma (Penata Lighting), Arham, Arga, Indra Kirana, Egis (Kru Panggung), Irwan Brutus (Publikasi).

Pertunjukan Kolaborasi Teater Tari Music Dan Multimedia ini didukung oleh seratus pemain yang terdiri dari aktor dan penari yang merupakan mahasiswa dari Program Studi Sendratasik dan Progtram Studi Seni Tari Jurusan Seni Pertunjukan Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar, Teater Kampus FSD UNM, DE Art Studio FSD UNM, serta beberapa seniman dari Teater Kita Makassar, Forum Sastra Kepulauan, Studio Kita Makassar dan Tangan Perkusi serta beberapa grup kesenian lain di Makassar.

Gedung kesenian Societet de Harmonie disesaki penonton. Antusias warga kota Makassar yang didominasi kaum muda itu menyaksikan Festival Seni Pertunjukan 2023, digelar Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Pemerintah Kota Makassar.

Salah satu budayawan Sulsel, Moch Hasymi Ibrahim mengungkapkan saking antusiasnya gedung Societet de Harmonie peninggalan kolonial Belanda di kota Makassar ini penuh hingga orang berdiri dan beberapa orang sudah tidak bisa masuk ke dalam auditorium teater tertutup.

“Ini mengindikasikan kota ini membutuhkan gedung kesenian yang lebih representatif yang bisa menampung banyak penonton tapi juga bisa nyaman menyimak pertunjukan seni,” ungkap Hasymi Ibrahim.

Pertunjukan ” Toddupuli di Negeri Siam” mengisahkan tentang tokoh Daeng Mangalle dengan pasukannya yang meninggalkan Makassar karena kecewa atas pengesahan Perjanjian Bongaya. Ia minggat, menolak tunduk pada Belanda. Daeng Mangalle kemudian berlayar ke daratan Siam.

Permintaan suakanya kepada Raja Ayutthaya saat itu, dikabulkan. Kehidupan awal sang Daeng beserta komunitas Makassarnya berjalan lancar-lancar saja. Namun semuanya berubah ketika raja Ayutthaya Phra Narai mendatangkan serdadu-serdadu Prancis pimpinan Claude de Forbin.

Maka terjadilah pemberontakan. Daeng Mangalle menolak tunduk memohon ampunan kepada Sang Raja atas tuduhan dirinya sebagai inisiator rencana kudeta. Dengan hanya bersenjata tombak dan badik, mereka melawan ratusan bahkan ribuan serdadu Siam dan Eropa. Orang-orang Makassar menghadapi pasukan Eropa dengan “semangat siri,” keyakinan untuk membela kehormatan sampai titik darah penghabisan.

Raja memerintahkan serangan besar-besaran ke perkampungan orang Makassar. Prinsip para tobarani Makassar “Sekali Layar Berkembang Pantang Surut ke Pantai”. Akhirnya setelah melakukan serangan total, kampung Makassar pun jatuh. Daeng Mangalle sendiri terluka dengan lima tusukan tombak. Ia mati fisabilillah.

Dua bangsawan putera Daeng Mangalle yang tersisa di Siam lalu dibawa ke Perancis pada masa pemerintahan Louis XIV. Dua bangsawan itu menjadi anggota legiun pasukan Perancis. Mereka menjadi prajurit hebat. Seorang diantaranya menjadi pasukan angkatan laut Perancis yang diberi gelar Louis Dauphin Makassar. (*)