HERALDMAKASSAR – Pemilihan Walikota Makassar tersisa 48 hari lagi. Inilah saat-saat menentukan, siapa yang layak memimpin ibukota provinsi Sulsel ini.
Berbagai survei pun bermunculan dengan versi kemenangan berbeda-beda. Ada yang memenangkan Munafri Arifuddin-Rahman Bando (Appi-Rahman), namun ada juga yang mengunggulkan Danny Fatma.
Hal ini memggambarkan, peta konstalasi politik di Makassar berlangsung ketat. Apalagi dalam sepekan terakhir, muncul gaya politik saling serang antarkandidat, khususnya kubu Appi-Rahman dengan Danny Fatma.
Calon petahana itu dituduh melakukan money politics, dan kasusnya kini bergulir di ranah hukum. Serangan balik dilancarkan kubu Danny Fatma dengan menuding Ketua Tim Pemenangan Appi Rahman, Erwin Aksa telah melakukan black campaign terhadap sang petahana.
Seolah Erwin ingin membuktikan ucapannya, ia lantas blusukan ke sejumlah tempat yang pada periode Danny Pomanto dinilai berjalan mangkrak.
Tempat itu seperti halte kapsul petepete smart, gendang dua, hingga TPA bintang lima di Antang. Dalam pemberitaan di beberapa media, Erwin menyayangkan mangkraknya sejumlah proyek yang jadi unggulan Danny periode lalu. Erwin menyebut, uang rakyat yang dipakai membiayai proyek ini dianggap sia-sia karena tanpa hasil.
Dengan konstalasi demikian, banyak yang mengkhawatirkan bakal muncul kuda hitam. Ingat pilkada Makasar dua periode sebelumnya? Kuda hitam justru yang melaju ke kursi balaikota. Yakni Danny-Ical.
Itu karena pertarungan sengit Supomo-Kadir dan Irman YL-Busrah Abdullah, tidak dapat dihindari waktu itu. Keduanya saling “perang terbuka” untuk meraih simpati rakyat. Akhirnya, Danny-Ical yang tidak terlalu diunggulkan saat itu, mampu finish lebih dulu.
Akankah skenario pilkada Makassr 2013 terulang kembali? Bisakah Syamsu Rizal – Fadli Ananda jadi kuda hitam?
Tentu waktu yang akan membuktikan. Yang pasti, saat Danny-Ical memenangi pilkada 2013, ada sosok Ilham Arief Sirajuddin (IAS) yang menjadi vote getter.
Di pilkada kali ini, IAS memilih berjibaku bersama DILAN (Deng Ical-Fadli). Dalam berbagai kesempatan, IAS menyebut kemenangan DILAN adalah pertarungan harga dirinya.
Itulah sebabnya, IAS rela turun kembali ke rakyat, menyapa dan berbagi cerita. Apalagi ia memiliki modal sosial yang cukup besar karena pernah menjadi walikota dua periode.
(HeraldMakassar)