HERALDMAKASSAR.COM – Sekolah Pemilu yang digagas oleh MASIKA ICMI Orwil Sulsel bekerjasama dengan KPU Sulsel dan Bawaslu Sulsel memasuki minggu keempat hari ini, sejak diluncurkan awal Juli lalu.
Hari ini materi tentang Politisasi ASN akan dibawakan oleh 3 pemateri yakni Amrayadi, Kordiv Pengawasan Bawaslu Sulsel, Dr Sakka Pati, Dosen Fak Hukum UNHAS / Presdium JaDI Sulsel dan Dr Muhammad Tang / Akademi FISIP UNHAS.Kegiatan ini akan dimoderatori oleh Kasman, pengurus MASIKA ICMI Sulsel / Auditor Muda Inspektorat Provinsi Sulsel
Materi tentang Politisasi ASN sengaja dihadirkan untuk peserta Sekolah Pemilu yang berjumlah sekitar 170 orang dalam rangka menambah pengetahuan tentang batas tegas peran ASN dalam kontestasi pemilu. Selama ini terjadi dilema ASN, disatu sisi mereka dibenarkan untuk memilih disisi lain tidak dibenarkan untuk berpihak. Disatu sisi mereka merdeka untuk memilih disisi lain kadang mendapatkan intervensi dari pimpinan.
Ketua MASIKA ICMI Orwil Sulsel Drg Ardiansyah S Pawinru mengatakan Materi ini adalah salah satu materi penting dalam menambah khasanah pengetahuan kita dalam soal kontestasi kepemiluan, sebab soal politisasi ASN ini kadang terlihat jelas Sementara itu, salah seorang Steering Commite kegiatan ini, Dr Luhur A Prianto menambahkan bahwa ini bukan hal yang aneh, Ini kelemahan sistem yg kita bangun. Tarikan kepentingan politik elektoral, sulit di hindari siapapun pejabat yg memimpin birokrasi pemerintahan. Larangan politisasi dan berpihak pada satu kelompok, juga bisa di lihat sebagai politisasi dan keberpihakan pada kelompok yg lain. (25/7/20)
Netralisasi dan profesionalisme ASN dalam setiap momentum politik elektoral selalu “jauh panggang dari api”. Sebatas retorika belaka.
Penyebabnya macam2. Tetutama sekali, karena kultur birokrasi kolonial kita, -yg terbiasa melayani kepentingan tuan atau pimpinan- yg belum berubah. Kalau pimpinannya bekerja politik, para ASN pun harus mengikuti. Bahkan totalitas pada kerja2 elektoral itulah yg di sebut loyalitas kepada pimpinan.
Reformasi birokrasi yg kita lakukan selama bertahun-tahun hanya sebatas mengutak-atik struktur. Belum sampai pada perubahan kultur/budaya organisasi.Pungkasnya
Sekolah Pemilu sendiri akan berlangsung hingga September di tiap Sabtu dengan menghadirkan berbagai pakar dibidangnya.