Beranda Sulsel Proyek Pencegahan Retinopati Diluncurkan di Makassar

Proyek Pencegahan Retinopati Diluncurkan di Makassar

HERALDMAKASSAR.com – Hari ini Kamis 19 Desember 2019, Helen Keller International bersama dengan PERDAMl Sulawesi Selatan, IDAI Sulawesi Selatan dan RSPTN Universitas Hasanudin meluncurkan prakarsa baru skrining untuk pencegahan kebutaan akibat retinopati prematuritas (Retinopath y of Prematun/RoP). Prakarsa ini menerima pendanaan penuh dari program Seeing Is Believing, yang mgerupakan inisiatif global dari Standard Chartered Bank.

Bertempat di Gedung IPTEKS Universitas Hasanudin, penandatanganan Perjanjian Kerja Sama mengenai prakarsa skrining RoP ini dilakukan oleh Prof. Dr. qr. Syafri K Arif, Sp.An (K) KIC-KAKV Direktur Utama

RSPTN Universitas Hasanuddin, Dr. dr. Habibah S. Muhiddin Sp.M(K), Ketua PERDAMI Sulawesi Selatan, Prof. Dr. dr. H. Dasril Daud. Sp.A(K) Ketua IDAI Sulawesi Selatan, dan disaksikan oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar, dan Standard Chartered Bank.

Kelompok Kerja (POKJA) Nasional untuk ROP dan Bayi Prematur menyebutkan dalam lokakarya tahun 2010, data anggota POKJA menunjukkan 32 dari 613 bayi prematur yang diskrining di 21 fasilitas kesehatan di Indonesia mengaiami ROP. Pada 2012, peneliti Departemen ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran universitas Indonesia melakukan analisis prevalensi ROP di RS Cipto Mangunkusumo berdasar data kelahiran hidup bayi prematur antara tahun 2005 2010 dan menemukan bahwa 32 dari 269 bayi atau 11.9% terdiagnosa ROP.

Di Makassar, data di RSUP Wahiddin Sudirohusodo dan RSPTN Universitas Hasanuddin menunjukkan bahwa sejak 2013 hingga 2019, terdapat 682 bayi prematur yang diskrining dap 45 di antaranya mengalami ROP. dari total bayi yang mengalami ROP, 9 bayi memperoleh perawatan laser dan injeksi den 4 bayi kehilangan penglihatan karena terlambat skrining.

Protokol nasional untuk skrining dan terapi ROP sudah tersedia namun kesulitan yang terjadi di lapangan adalah perpindahan bayi prematur yang sedang dalam perawatan intensif qi suatu Iumah sakit ke rumah sakit tersier, yang biasanya memiliki peralatan dan personII yang memadai, dapat memperburuk kondIsi bayi tersebut.

Di Makassar, prakarsa untuk melakukan skrining ROP di rumah sakit tempat bayi dirawat dijalankan oleh kolaborasi antara RSPTN (Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri) Universitas Hasanuddin, PERDAMI (Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia) Sulawesi Seiatan, dengan IDAI (lkatan Dokter Anak Indonesia) Sulawesi Selatan dan mendapat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

Diana Mudadalam, Country Head of Corporate Affairs Standard Chartered Bank Indonesia, mengatakan bahwa, ‘menunjukkan kepedulian terhadap sesame dan saling bersinergi untuk bersama-sama mencegah kebutaan di Indonesia merupakan fokus utama program Seeing is Believing dari Standard Chartered Bank. Kami senantiasa berkolaborasi bersama pemerintah dan mitra terkait lainnya terjangkau bagi masyarakat. Kami berharap inisiatif yang telah berjalan selama 14 tahun dapat berkelanjutan sebagai wujud komitmen Bank untuk memberikan kontribusi nyata dalam mendukung program kesehatan pemerintah.”

Dr. dr. Habibah S. Muhiddin Sp.M(K) Ketua PERDAMI Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa “melihat kondisi dan data yang ada di Makassar, maka kami memunculkan inovasi untuk melakukan skrining di rumah sakit tempat bayi prematur dirawat. Bahkan bila perlu dan kondisi memungkinkan, terapi juga dilakukan di RS tempat bayi dirawat.

Upaya “jemput bola” ini bertujuan agar penglihatan bayi-bayi prematur ini dapat terselamatkan sehingga kualitas hidup mereka lebih baik. Di sisi Iain, ini merupakan upaya untuk melengkapi sistem pelayanan kesehatan yang sudah berjalan, sampai masing-masing rumah sakit mampu menjalankan mekanisme pencegahan kebutaan akibat ROP.

Prakarsa ini membutuhkan dukungan Dinas Kesehatan dan partisipasi dari rumah-rumah sakit. Kami berharap di masa mendatang, ROP tidak akan menjadi masalah karena semua rumah sakit memiliki kapasitas yang memadai. Mari kita bekerja bersama-sama untuk mencegah kebutaan.”

dr. Marliyanti N. Akib, Sp.M(K), M.Kes Koordinator Tim ROP Sulsel menyatakan “Untuk menjalankan skrining ROP di Makassar, Tm ini tetap mengacu pada koridor hukum yang berlaku dan etika kesehatan. Ada beberapa anggota Tm ROP yang sudah mengikuti pelatihan manajemen dan skrining ROP di India. Bersama dengan HKI, kami sudah melakukan sosialisasi tentang ROP kepada perawat unit neonatus, dokter anak, dokter mate, dokter obgyn, dokter anestesi dan manajemen 20 rumah sakit yang memiliki layanan persalinan di kota Makassar.”

Dr. Satya Prabha Kotha -Regional Advisor for Eye Health, Helen Keller International menambahkan bahwa “Retinopati prematuritas dapat dicegah, dan jika terdeteksi dini, dapat didiagnosa dan dirawat. Sebagai bagian dari program Penoegahan Penyebab dan Konsekuensi Kebutaan Pada Anak, HKI bermitra dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Persatuan Dokter Spesialis Mata

PERDAMI Sulawesi Selatan, Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, dan lkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sulawesi Selatan, untuk meluncurkan prakarsa skrining untuk mencegah kebutaan akibat ROP melalui deteksi dini dan penanganan tepat waktu. Lima belas persen bayi dilahirkan prematur di Indonesia setiap tahun, dan akses ke unit perawatan intensif neonatal (NICU) di Indonesia, terutama di daerah perkotaan, meningkat. Namun, skrining untuk ROP tidak dilakukan secara konsisten.”

Dengan diluncurkannya Prakarsa ini, penanganan kasus ROP diharapkan Iebih baik sehingga terwujud upaya deteksi dini dan penanganan ROP yang tepat pada bayi prematur, berdasarkan pedoman nasional yang ditetapkan oleh PoKJa nasional untuk ROP. lmplementasi program akan membutuhkan partisipasi dari pemerintah, organisasi profesi terkait, dan manajemen rumah sakit.

Gangguan penglihatan karena ROP dapat terjadi mulai tahap ringan sampai berat, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan permanen pada anak-anak. Pelaksanaan skrining ROP sejalan dengan salah satu tujuan Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan), yaitu untuk menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.