HERALDMAKASSAR – Seniman Makassar Chaeruddin Hakim mengeritik cara masyarakat Wamena Papua menghadapi warga pendatang di Papua.
Chaeruddin Hakim menuliskan sebuah puisi yang diberi judul “Wamena, masihkah ia Indonesia?”.
Berikut kutipan lengkapnya:
*WAMENA,*
*masihkah ia, Indonesia?*
Chaeruddin Hakim
WAMENA
maafkan aku, yang masih sibuk berdiskusi tentang gelombang mayat, usus terburai, kepala anak-anak terpenggal, perempuan ternoda, dengan apa aku hadir lantaran negara membisu?
WAMENA,
dahulu engkau mutiara dari kisah-kisah panjang yang mengantar para perantau mengejar hidup meninggalkan tanah leluhur, engkau bersimbah darah tapi tak ada kuasa menjengukmu, mungkin suatu saat jika angin membawa gelisah ini dan akan bertiup ke negeri seberang mutiara itu akan kami olah jadi pedang terhunus bagi mereka yang telah menoda kesetiaan
WAMENA,
jarak kita berjauhan tapi bau amis darahmu tercium ke negeri kami yang saban waktu kami sambut dengan suka-cita dan persaan pilu, biarlah untuk sementara kami berdoa sambil menghimpun serak tenaga dan mengasah warisan leluhur untuk kami selipkan pada pinggang anak-anak kami agar ia dapat berkata, _leluhur kami adalah pelaut yang terbiasa mengarung samudera, diterjang badai, kelak aku datang menjengukmu sambil menyodorkan catatan-catatan kematian yang pernah engkau torehkan dengan tinta amis darah pada serumpun cinta kami_
WAMENA,
aku tahu engkau tak melupakan kisah si Oro yang diceritakan kakek-buyutku semasa kecil ternyata bukanlah dongeng semata yang terus engkau genggam di saat anak negeri berikrar bahwa engkau adalah ari-ari persaudaraan kami
WAMENA,
kuajarkan padamu kisah kelembutan sutera agar engkau tahu arti kemanusiaan
WAMENA,
masihkah ia Indonesia?
Makassar, 30 September 2019