Beranda Sulsel Kasus Percobaan Perkosaan di Lutra, Awalnya Pelaku Ajak Makan Durian, lalu….

Kasus Percobaan Perkosaan di Lutra, Awalnya Pelaku Ajak Makan Durian, lalu….

Korban percobaan perkosaan

HERALDMAKASSAR.com – Pelaku percobaan pemerkosaan di Luwu Utara, berinsial R, awalnya mengajak korban berinisial PS untuk makan durian. Namun, entah setan apa yang merasuki jiwanya, hingga akhirnya pelaku berani menggerayani korban yang masih di bawah umur.

Berikut kronologis kejadian, sesuai yang dirangkum Lembaga Informasi dan Pendampingan Rakyat (Liper), lembaga nirlaba yang mengadvokasi kasus ini:

1. Bahwa pada hari Jumat Tanggal 01 Maret 2019, pukul 19.00 PS, Jenis Kelamin Perempuan, Umur 16, bertempat tinggal di Dusun Sape Kelurahan Bone Kecamatan Masamba diajak oleh kakak Iparnya, Perempuan untuk menemaninya tinggal di Kost yang terletak di Kelurahan Kampuna Kecamatan Masamba, depan Kantor Polsek Masamba.

Oleh karna yang mengajaknya adalah kakak iparnya yang bernama Velsi, jenis kelamin perempuan, maka lelaki Marno, Pamannya mengijinkan PS alias T untuk menginap ditempat iparnya dengan pesan untuk menjaga PS dan diiyakan oleh kakak iparnya.

2. Bahwa setelah tiba di tempat kost Kakak Iparnya 19. 30 yang terletak di , PS diajak pergi ke Pantai Lemo. Lalu PS dengan lugu bertanya bertanya “ apa mau diambil disana malam – malam ? jauhkah tempatnya ? dan dijawab oleh kakak iparnya “ Jalan – jalan, dekat ji “ hanya sebentar ki di sana.

3. Lalu setelah itu Kakak Iparnya mengunci pintu kost dan keluar dari rumah kost menuju jalan raya di ikuti oleh PS untuk menunggu temannya di pinggir jalan raya yang tidak jauh dari kost kakak iparnya. Tidak lama di pinggir jalan muncul seorang laki-laki yang kemudian akan membonceng kakak ipar korban, melihat hanya 1 motor saja lalu kakak ipar korban terlihat menelepon dan tak lama sesudah menutup telepon muncul lagi satu orang laki-laki yang terlihat tua mengendarai motor dan tiba di situ. Lalu, kakak iparnya mengintruksikan yang baru datang itu membonceng adik iparnya.

4. Dan tanpa rasa curiga pun terhadap orang yang memboncengnya PS naik ke atas motor dan kakak iparnya juga naik di satu motor lainnya bersama temannya yang terlihat akrab satu sama lain. Lalu, mereka pun langsung jalan menuju lokasi tujuan ( pantai lemo ) dan di atas motor pelaku mulai bertanya : “ ada mi ka pacar ta ? dengan lugu PS menjawab “ tidak ada” lanjut pelaku menanyakan lagi “laparki kah ? tidak ji, jawab PS.

Di tengah perjalanan mereka pun menuju pantai lemo harus terhenti karena hujan dan mereka memutuskan untuk singgah berteduh di pondok kecil yang ada di pinggir jalan yang berada di daerah mappedeceng dan disitu pun pelaku berbicara kepada kakak ipar korban Velsi, Velsi dan Pelaku memakai bahasa daerah mereka yang hanya sedikit dipahami oleh korban PS katanya “takut ini iparmu sama saya, lalu kakak iparnya bilang “jangan mi ko takut tiwi, nda na cewe ji ko itu. Om ku ji itu ” Hujan pun tak kunjung reda lalu kakak ipar korban ingin melanjutkan perjalanan menuju pantai lemo “ ayo mi main hujan ki saja, kata kakak iparnya, tidak mau ka main hujan sakitka nanti mau ka ulangan, jawab tiwi. “Tidak sakit ji ko itu, kata kakak ipar korban. Dan mereka pun meneruskan perjalanan ke Pantai Lemo.

6. Berempat mereka pun melanjutkan perjalanan menuju arah pantai lemo tetapi motor yang membawa korban PS melaju sangat kencang, motor yang sangat kencang membuat korban PS ketakkutan dan menoleh terus ke belakang berharap kakak iparnya masih mengikuti mereka namun sudah tidak terlihat sama sekali.

Setelah itu pelaku dan korban PS singgah mengisi bensin di SPBU Cakaruddu lalu melanjutkan perjalanan Pelaku dan korban PS sampai di daerah Bone-bone yang korban ketahui dari Plang tertulis. Pelaku membelokkan motornya ke salah satu rumah di Bone – bone dan pelaku berkata ke Korban PS “singgah ki di rumahnya sepupu dua kali ku “. Lalu mereka berdua masuk dan korban PS disuruh tidur sama adik sepupunya ( perempuan ) di atas tempat sementara pelaku tidur dibawa lantai dalam kamar yang sama. Selama berada di rumah sepupu dua kali pelaku, korban PS meminta terus untuk dipulangkan ke masamba dengan berkata “ ayo mi pulang ke masamba mau kah ke kostnya iparku ! nanti pi saja jam 01.00 karna masih hujan jawab pelaku.

Diatas tempat tidur korban PS menangis sembunyi – sembunyi karena takut.

7. Pada hari Sabtu, Tanggal 02 Maret tahun 2019 Jam 01.00 dini hari pelaku membangunkan korban PS dengan berkata “ ayo mi pulang ke masamba “, korban pun bangun lalu bersiap-siap mereka pun kembali berboncengan menuju arah masamba kembali. Tetapi, dalam perjalanan pulang ada yang mengganjal di benak korban PS karena pelaku membelokan motornya dan sampai ke tugu Pasar sentral sukamaju.

Pelaku lalu membawa korban Pertiwi Sigi keluar masuk kampung yang berbeda dan selalu berakhir di tugu Pasar Sentral Sukamaju sehingga korban setiap melihat tugu Pasar Sentral Sukamaju berpikir Tugu yang dilihatnya adalah Tugu Coklat yang berada di Masamba, namun setelah korban memperhatikannya ternyata tugu yang dilihatnya masih tugu yang sama di pasar sentral sukamaju.

Korban semakin ketakutan dan menangis dan terus menerus merengek minta dipulangkan ke Masamba, namun pelaku selalu berkata “ Pulang mi ki ini “.

8. Dalam ketakutannya Korban PS terus mendesak minta ke masamba dan pelaku pun mulai masuk salah satu kampung dan pertiwi sigi mengira itu sudah jalan menuju kota masamba dan tanpa di sadari PS jalan itu bukan jalan menuju kota masamba melainkan jalan menuju arah malangke. Di tengah perjalanan pun pelaku sempat menyuruh PS memboncengnya tetapi PS menolak.

Dan jalan pun semakin sepi yang artinya mereka sudah disekitaran perkebunan warga dan lumayan tak ada rumah di sekitarnya pelaku pun mulai menunjukan aksinya dengan mulai meraba-raba paha korban Pertiwi Sigi lalu tangan pelaku dihalau oleh pertiwi sigi dan sempat meminta turun dari motor tetapi tidak dihiraukan pelaku lalu korban PS sempat mengancam akan lompat dari atas motor” Lompat mi ko “ kalo kenapa – kenapa ko, tanggung jawab ji ka. Namun karna motor yang dibawa pelaku sangat laju, korban masih diam dan takut.

9. Ditengah perjalanan tiba – tiba Pelaku menghentikan motornya di areal perkebunan yang sepi dan jauh dari perkampungan pendudukan, lalu pelaku memeluk PS yang sementara menangis ketakutan tetapi tanganya ditepis terus oleh oleh Korban PS sembari membalikkan badannya dank arena korban PS terus mengelak dan menolak, maka dengan marah pelaku berkata “ sebelum marah ka, naik memang mi ko motor, jangan mi menangis terus saya tinggali ko itu. Suasana asing, gelap pun membuat PS dengan sangat terpaksa naik ke atas motor berharap pelaku tidak aksinya menggerayangi pahanya.

10. Dalam perjalanan pelaku dengan nada agak keras berkata kepada korban PS “ Pasrah mi ko saja, jauh mi ki dari kampung, tidak mi ada orang “ sembari terus menggeranyi paha korban PS dengan sebelah tangannya dan tangan yang satu memegang kemudi motor.

Kemudian pelaku kembali melontarkan kalimat yang membuat korban PS merasa semakin ketakutan “ ayo mi kasi mi ka satu kali saja, jangko bilang – bilang i ” kata pelaku berusaha terus membujuk korban yang tidak berhenti menangis sepanjang perjalanan.

Karena semakin ketakutan dengan tangan pelaku yang tak henti – hentinya menggerayangi paha Korban PS dan kalimat – kalimat yang dilontarkan oleh Pelaku ditambah situasi yang sangat gelap dan tidak ada rumah penduduk sama sekali, maka saat pelaku menghentikan motornya diujung jembatan beton yang bagian bawahnya ada areal perkebunan coklat dan berkata pelaku berkata “ lari mi ko, saya kejar ko pake motor “, tapi tanpa pikir panjang korban PS melompat ke areal perkebunan penduduk.

Letak jembatan yang tinggi dibandingkan areal perkebunan membuat kaki korban terkilir dan mata korban PS kena kayu.
Dalam keadaan yang sangat ketakutan dan kaki serta mata yang sakit, korban tertatih bersembunyi dibawah rimbunan pohon jeruk sembari menggigit lidahnya agar tangisan korban PS tidak didengar oleh pelaku yang masih mencari dengan menggunakan senter hape milik Pelaku.

Korban PS mendengar pelaku memanggil namanya “ Tiwi, ayo mi pulang “….Tiwi kalo hilang ko itu bukan saya tanggung jawab , iparmu itu tanggung jawab“.

Agak lama pelaku mengitari perkebunan mencari korban PS namun tidak menemukan, lalu pelaku kembali ke atas jembatan. Terdengar motor pelaku dibunyikan dan jalan namun motor pelaku kembali.

Korban di persembunyiannya mendengar sekitar empat kali suara mesin motor pelaku pergi dan balik lagi ke tempat korban melompat dan sembunyi sembari berteriak “ Tiwi pulang mi ki “ hingga akhirnya suara motor pelaku tak terdengar lagi oleh Korban Pertiwi Sigi di tempat persembunyiannya.

11. Setelah korban PS merasa aman dan bunyi motor pelaku sudah terdengar pergi menjauh, korban PS pun keluar dari tempat persembunyiannya dan berusaha naik ke atas jembatan dengan sekuat tenaga memanjat tembok jembatan itu hingga ia berhasil naik dengan luka memar di kedua matanya serta baju dan celana yang kotor penuh lumpur tanpa sandal, terseok – seok karena kakinya yang keseleo korban PS mencari rumah warga untuk dimintai pertolongan.

Akhirnya korban PS menemukan satu rumah penduduk, lalu dengan sisa keberanian yang masih ada korban mengetuk pintu rumah warga dan berteriak minta tolong yang didengar oleh pemilik rumah, seorang ibu yang membuka pintu rumahnya dan berkata “ siapa itu “ . Lalu korban PS berkata, tolongkah maukah di perkosa. Si ibu pemilik rumah mempersilahkan korban PS yang luka, kaki pincang dan pakaian kotor dengan wajah gemetar ketakutan serta kelelahan.

Saat itu sudah pukul 03.00 dini hari, menurut si ibu pemilik rumah yang menolong korban PS.

(RILIS)