POJOKSULSEL.com, JAKARTA – Joko Widodo (Jokowi) dipastikan kembali maju sebagai capres dalam Pilpres 2019 mendatang untuk periode kedua era kepemimpinannya.
Sampai saat ini, elektabilitasnya juga masih menjadi yang teratas. Bahkan dalam survei terbaru LSI Denny JA, tingkat keterpilihannya mengalami kenaikan usai Pilkada Serentak 2018 lalu.
Selain itu, Joko Widodo juga sudah mendapat dukungan dari lima parpol parlemen. Yakni PDIP, Golkar, Nasdem, Hanura dan PPP.
Akan tetapi, bekal itu tidak bisa menjamin kemenangan di Pilpres 2019 mendatang. Sebab, masih ada celah yang memungkinkan ia bisa terjungkal.
Yakni sosok cawapres pendampingnya yang sampai saat ini juga masih menjadi rahasia dan teka-teki meski dikabarkan ia sudah mengantongi 10 kandidat nama cawapresnya.
Demikian disampaikan pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Voxpol Center, Sarwi Pangi Chaniago saat dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/7/2018).
“Jangan sampai salah memilih cawapres. Itu sama saja bunuh diri politik,” tegasnya.
Lalu, siapa sosok yang paling tepat untuk mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 mendatang menurut kacamata pria yang akrab disapa Ipang ini?
“Seorang ulama yang memiliki jam terbang dan sucses story dalam pemerintahan,” jawabnya.
Ada alasan tertentu kenapa sosok ulama yang dinilai paling tepat. Pasalnya, selama ini Jokowi kurang bagus dalam upaya maintenance isu umat dan Islam.
“Terkesan kelompok beliau dituduhkan anti Islam, memusuhi Islam dan merasa paling Pancasila, menghadap-hadapkan antara yang paling nasionalis dan kelompok Islam,” jelasnya.
Karena itu, hematnya, Jokowi harus mengambil kombinasi ideal yaitu nasionalis religius yang merepresentasikan Indonesia.
Selain itu, dalam memilih cawapres, Jokowi juga harus mempertimbangkan kalau sosok yang dia pilih itu bakalan berimbas pada kenaikan tingkat elektabilitas.
Jangan sampai, lanjurnya, mengambil cawapres namun tak memberikan dampak politik secara elektoral.
Ia pun berpesan agar kubu calon petahan itu harus tuntas dan matang mengkalkulasi secara matematika politik dalam memutuskan cawapres pendamping.
“Cawapres menjadi determinan menentukan kemenangan selain efektivitas mesin Parpol, jam terbang, personal branding, prestasi, capaian, program pro rakyat serta piawai memainkan sintemen dan isu dalam rangka mendulang elektoral pilpres,” urainya.
Ia mengingatkan, ada baiknya sosok cawapres yang dipilih bukanlah dari kalangan parpol.
Alasannya, hal itu positif bagi Jokowi karena tidak akan ada satupun partai pendukung yang meradang ataupun hengkang dari koalisi yang sekaligus menjaga soliditas koalisi pendukungnya.
“Sama-sama enggak dapat, tapi tetap mengawasi dan membantu Jokowi. Yang pasti parpol lebih bisa menerima cawapres dari profesional, karena bukan dari kader parpol, tidak ada yang bakal meradang,” demikian Ipang.
(pojoksatu/pojoksulsel)