HERALDMAKASSAR.com – Deklarasi yang digelar Mohammmad Ramdhan Pomanto-Fatmawati RMS, digelar di Pantai Losari kemarin. Banyak yang mengapresiasi ide yang digelar di atas perahu itu, namun juga tak sedikit yang mencibirnya.
Salah satu kritik datang dari mantan Sekretaris Kota Makassar, Ibrahim Saleh. Ia menyayangkan deklarasi Danny-Fatma atau yang akrb dengan tagline Adama, digelar di Losari.
Menurut Ibe, panggilan akrab Ibrahim Saleh, gelaran deklarasi itu tidak mencerminkan sosok DP sebagai bekas walikota Makassar. Seharusnya, DP mencari lokasi yang secara historis publik akan mengingat jasa DP dalam membangun Makassar.
“Ini kok Pantai Losari yang identik dengan era kepemimpinan Ilham Arief Sirajuddin. Karena reklamasi Losari dibangun saat IAS jadi walikota. Jadi publik justru mengingat IAS,” ujar Ibe.
Padahal, kata Ibe, ada sejumlah proyek yang digagas di era DP yang bisa jadi momentum publik mengingat historisnya. Misalnya, pedestrian di sekitar Losari, lorong-lorong, ada juga ketapang, war room, cabe, TPA Bintang Lima.
“Intinya, buatlah deklarasi di mana lokasi yang menjadi monumental saat berkuasa. Jadi publik dengan mudah mengingat. Misalnya era IAS ada Losari, ada Karebosi dll,” ujar Ibe.
Sekadar diketahui, empat kandidat secara resmi sudah menggelar deklarasi. Munafri Arifuddin-Rahman Bando sudah menggelar deklarasi lebih awal di Hotel Aryaduta yang dikenal sebagai milik Bosowa.
Disusul Deng Ical-Fadli Ananda deklarasi di Karebosi. Selain sisi hostori Makassar sebagai tirik nol di mana segalanya biasa dimulai, revitalisasi Karebosi adalah karya monumental di era Ilham sebagai wali kota yang kini menjadi salah satu tokoh pendukung Dilan.
None-Zunnun menggelar deklarasi di Celebes Convention Center yang dibangun di era Kakak None, Syahrul Yasin Limpo sebagai gubernur Sulsel. “Jadi, memang pemilihan lokasi deklarasi itu itu seharusnya mengungkap jejak karya. Pembuktian karya. Tapi kalau tidak punya jejak karya, pasti terjebak pada pemilihan lokasi deklarasi yang tidak ideal,” tutup Ibrahim. (HM)