HERALDMAKASSAR.COM – Pembangunan Kota Makassar rupanya semakin mundur di era calon petahana walikota, Moh Ramdhan Pomanto (Danny). Fakta-fakta menunjukkan Makassar justru semakin semrawut dalam 5 tahun terakhir.
Ahli planologi (perencanaan tata ruang) dari Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia, Ir Mohammad Muttaqin Azikin memaparkan fakta indeks layak huni Kota Makassar yang semakin menurun di era Danny Pomanto.
“Dari tahun 2014 sampai 2017, indeks layak huni Kota Makassar itu semakin turun. Pada survei tahun 2014 indeks layak huni Kota Makassar 64,79 persen. Terakhir tahun 2017, turun menjadi hanya 55,7 persen dan menempati peringkat terakhir dari 26 kota di 19 provinsi yang disurvei oleh IAP,” kata Muttaqin dalam diskusi bertema “Bedah Pembangunan Kota Makassar” yang digelar Komunitas Wartawan Politik Sulsel di Warkop Aleta, Sabtu (22/2/2020).
Hasil lengkap survei Most Liveable City Indeks tahun 2009, 2011, 2014 dan 2017 dapat diakses pada laman https://iapindonesia.org/posts/sekilas-tentang-indonesia-most-livable-city-index/f9a4ac03-76bc-4d40-b194-947354418166.
Indikator penilaian kota layak huni ada 7 kriteria standar. Yakni: ketersediaan kebutuhan dasar seperti kecukupan pangan, sanitasi, air bersih, jaringan listrik, dan perumahan layak; fasilitas sosial dan umum seperti taman, transportasi publik, dan fasilitas kesehatan; dan ketersediaan ruang publik yang ditujukan untuk interaksi berbagai komunitas.
Kriteria lainnya yaitu keselamatan dan keamanan; partisipasi masyarakat dalam pembangunan; adanya dukungan fungsi sosial, ekonomi, dan budaya kota; serta kualitas lingkungan kota tersebut.
Fakta kemunduruan lainnya adalah tingkat pengangguran Kota Makassar yang tertinggi se-Sulsel. Data BPS menunjukkan tingkat pengangguran Kota Makassar meningkat drastis dari 9,53 persen pada tahun 2013 menjadi 12.19 pada tahun 2018.
“Pada Desember 2019 kemarin, datanya tersisa 10,39 setelah sempat mencapai 12,06 persen pada Oktober 2019. Itu kita belum bicara tingkat kemiskinan dan gini ratio,” kata pakar ekonomi dari Universitas Bosowa, Dr Arifuddin Mane.
Dilansir dari data BPS, dimasa awal Danny Pomanto menjabat, tepatnya tahun 2015 angka kemiskinan Kota Makassar mencapai 4.38 persen. Sementara pada Maret 2019 angka kemiskinan hanya turun 0,1 persen menjadi 4,28 persen. Dengan kata lain nyaris tidak mengalami perubahan.
Tingkat kesenjangan atau gini ratio di Makassar pun masih tinggi yakni 0,39 persen pada tahun 2019.
“Jadi ada kontradiksi antara apa yang menjadi visi misinya, dengan kenyataan yang kemudian bertolak belakang. Kita mau ada bukti nyata. Bukan pembohongan publik. Jangan yang muncul hanyalah arogansi pribadi penguasa,” imbuh Dekan Fakultas Ekonomi Unibos ini. (*)