HERALDMAKASSAR.com – Banyaknya insiden yang mewarnai kampanye capres petahana Joko Widodo, dinilai Ustaz Bachtiar Nasir sebagai teguran dan tanda-tanda alam. Bachtiar menyebut, jatuhnya Ibu Negara di atas panggung, insiden puting beliung yang menghantam tenda-tenda kampanye capres petahana, sebagai pesan.
“Nah, Allah selalu mengirimkan pesan alam karena kepemimpinan terhadap manusia tidak hanya berimplikasi kepada manusia saja, tapi juga sangat erat kaitannya dengan alam,” kata Bachtiar melalui rekaman Kamis (4/4).
Bachtiar menyebutkan beberapa fenomena aneh yang terjadi beberapa waktu ini ketika salah satu kubu pasangan calon menyelenggarakan kampanye terbuka. Mulai dari rubuhnya panggung karena terjangan hujan disertai badai dan dua orang terjatuh di panggung di acara sama. Menurut dia, hal ini menandakan isyarat alam sedang menghukum kubu petahana.
“Menyikapi hal seperti ini, seharusnya banyak evaluasi dan mawas diri agar tidak lagi berulang,” ujarnya.
Jika tidak, maka kejadian ini akan terus berulang serta dapat menimpa para pelakunya. Bahkan, Allah dapat mempermalukan lebih besar. Menukil al-Qur’an surat Ali Imran ayat 26-27, Allah akan memuliakan orang yang diberi kekuasaan. Namun, ada pula sekelompok orang yang dihinakan dengan kekuasaannya.
“Karenanya, fenomena alam sebenarnya tidak terlepas dari perilaku manusia selama ini,” ucap Bachtiar.
Sementara, ia melihat semangat juang para pendukung kubu Prabowo-Sandiaga bukan sekadar militan, tapi juga ada dorongan-dorongan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Bachtiar menyebut fenomena tersebut sebagi gelombang ideologi politik.
“Rakyat dan umat sudah mulai cerdas menentukan pilihannya sendiri,” katanya.
Meskipun, jelas Bachtiar, seringkali terjadi persekusi, diskriminasi, intimidasi, dan penggagalan acara terhadap umat Islam terjadi dimana-mana. Anehnya, hal itu tidak menyurutkan semangat umat Islam untuk tetap menjatuhkan pilihan pada paslon nomor urut 02. Semakin ditekan, umat akan semakin militan.
“Nah, militansi ini yang melahirkan kekuatan multi-effect. Karenanya juga nggak perlu terlalu baperan jika mendapatkan kesulitan di lapangan,” ungkap Bachtiar.
Hal itu merupakan cara Allah memuliakan seseorang dengan ujian yang diberikan dan harus dihadapi. Maka itu, Bachtiar mengingatkan agar situasi seperti ini tidak melahirkan provokasi. Perubahan dan semangat perlawanan tetap dilakukan dengan cara-cara konstitusional.
“Umat tidak perlu takut jika bukan aturan. Justru yang ditakuti adalah ketika kita melanggar peraturan tersebut,” jelasnya.
Maka itu, Bachtiar menilai ikhtiar keduniaan tidak cukup dilakukan untuk menghadirkan perubahan secara nasional. Umat Islam harus memanjatkan doa dan dzikir seperti yang dilakukan Rasulullah Saw saat Perang Badar. Bahkan, kala itu, Rasulullah menyiapkan tempat khusus untuk bermunajat kepada Allah Swt.
“Jika hari biasa selalu dzikir dan membaca tahlil, maka kita biasakan membaca 100 kali di awal pagi dan sore,” saran Bachtiar.
Hal ini juga untuk menguatkan tauhid umat bahwa kekuasaan merupakan amanah Allah bagi siapa saja yang ia kehendaki dan bagi siapa saja yang dicabut kekuasaannya secara paksa. “Perbanyak baca itu dan doa-doa selanjutnya,” pungkasnya.
(TIM)