Beranda Sulsel Program Rekreasi Duta Covid-19 Sulsel Diperuntukkan untuk OTG dan ODP

Program Rekreasi Duta Covid-19 Sulsel Diperuntukkan untuk OTG dan ODP

HERALDMAKASSAR.com – Program Rekreasi Duta Covid-19 merupakan program karantina terpusat yang disediakan oleh Pemprov Sulsel. Program ini diperuntukkan khusus untuk OTG (Orang Tanpa Gejala) dan ODP (Orang Dalam Pemantauan) serta orang-orang yang terkonfirmasi positif tanpa gejala dan secara sosial mereka tidak layak untuk isolasi mandiri.

Konsep karantina terpusat, bukanlah hal yang baru dalam menangani wabah dan pandemi penyakit menular termasuk dalam penanganan Covid-19. Negara seperti China, Korea Selatan, Singapura dan Australia telah menerapkan sistem karantina terpusat dalam penanganan Covid-19.

Karantina terpusat merupakan intervensi dengan prinsip memisahkan yang sakit dari yang sehat. Secara umum, konsep karantina terpusat adalah merawat mereka yang positif, suspect dan kontak erat di fasilitas yang disiapkan oleh pemerintah.

Hal ini bertujuan agar orang infeksius tidak menularkan kepada yang sehat dan mendapatkan perawatan dini sehingga dapat langsung dirujuk dan ditangani jika kondisi mereka mengalami gejala.

Mengapa dilakukan karantina terpusat, bukan isolasi mandiri. Ada berbagai kendala yang dihadapi di lapangan. Pertama, isolasi mandiri bersifat sukarela sehingga memungkinkan suspek dan kasus tanpa gejala dapat berjalan-jalan dan menularkan ke masyarakat umum.

Kedua, isolasi mandiri tidak efektif di kawasan padat penduduk, yang mana satu rumah dapat dihuni oleh dua sampai tiga kepala keluarga. Ketiga, potensi orang muda tanpa gejala yang membawa virus bercampur dengan orang tua, kelompok rentan dan yang memiliki penyakit penyerta.

Menurut Koordinator Program Rekreasi Duta Covid-19, Husni Thamrin, untuk program karantina terpusat di Sulsel yang menargetkan OTG dan ODP dilaksanakan di dua hotel yaitu Swiss Bell dan Four Points by Sheraton.

“Saat ini, baru Swiss Bell yang beroperasi. Jika penuh, maka Pemprov akan menyiapkan hotel Four Points,” kata Husni, Kamis 30 April 2020.

Adapun kelebihan dari program yang ditawarkan oleh Pemprov Sulsel ini adalah selain pemantauan kesehatan oleh tim medis yang 24 jam, juga dukungan psikologis diberikan kepada peserta.

“Menu makanan juga disusun ketat untuk memenuhi dan menjamin kebutuhan gizi dari peserta,” ungkapnya.

Kebutuhan gizi peserta ini termasuk diet tinggi kalori dan tinggi protein, agar cepat pulih dan sembuh. Demikian juga halnya dengan protap dan SOP telah memenuhi standar WHO dan Kementerian Kesehatan. Dalam hal pencegahan dan pengendalian infeksi, semua prosedur mengikuti SOP dari WHO.

Semua relawan, petugas dilengkapi dengan APD sesuai dengan level dari tugas masing-masing. Semua petugas termasuk pegawai hotel sebelum masuk bertugas dilakukan rapid test dan diulang setiap 10 hari untuk menjaga keselamatan para petugas dan relawan.

Strategi ini diharapkan dapat memutus mata rantai penularan dan penyebaran penyakit Covid-19 di Sulsel. Jika dilakukan terpusat di Makassar, maka diharapkan dapat mencegah penyebaran dan munculnya epicentrum baru kabupaten/kota lain. Selain itu, strategi ini terbukti efektif di negara seperti Singapura dan Korea Selatan, tanpa harus melakukan lockdown atau karantina wilayah.

Semua peserta yang masuk akan discreening dengan rapid test sebelum ikut program ini. Algoritma pemeriksaan lab dibuat sesuai dengan alur dari Kementerian Kesehatan. Swab PCR akan dicek menjelang akhir masa karantina. Penempatan kamar akan dilakukan berdasarkan status dari peserta serta hasil pemeriksaan laboratoriumnya.

“Mereka melakukan aktifitas didalam kamar, makan dan beribadah di kamar, untuk meningkatkan kebugaran dan imunitas, maka pada pagi hari mereka dengan secara bergilir dan teratur keluar berjemur dan senam sambil diedukasi tentang Covid-19, sehingga mereka akan pulang dalam keadaan sehat dan menjadi Duta Covid-19 berbasis masyarakat,” paparnya.

Program ini merupakan program Pemprov Sulsel dan diberikan secara gratis. (*)