HERALDMAKASSAR.COM – Kuliah via WA yang digelar Forum Peduli Pendidikan Sulsel dengan tema” Quo Vadis UN dan Makassar Harus Pintar dan Beradab” mendapat tanggapan yang luas dari berbagai peserta dari daerah-daerah yang ikut serta di group Whattshap Forum Peduli Pendidikan Sulsel, Minggu 29/3 Pukul 19.30- 22.00 malam.
Diskusi online yang dipandu Duta Baca Sulsel, Rezky Amalia Syafiin, S.H. diikuti para Kepsek SD, SMP, SMA, akademis Unhas, UIN Alauddini, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, Rektor 2 Unibos. Plt. Kadis Pendidikan Kota Makassar, Plt Kadis Pendidikan Sulsel, mantan Kadis Pendidikan kota Makassar Dr.H. Hasbi, M.Pd., tokoh-tokoh literasi, seniman, budayawan, LSM, pimpinan media, guru-guru, mahasiswa dan aktivis.
Menurut, Hasbi, penghapusan UN, diperlukan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaksanakan oleh guru secara obyektif dan transparan karena yang paling mengetahui tentang perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik adalah guru. Hasbi menyarankan memberikan wewenang yang seluas-luasnya dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik. “Kekurangan guru dapat diatasi dengan memberikan kewenangan kepada guru untuk mengajarkan dua mapel khusus di SMP. “kata mantan Guru Teladan Nasional ini.
Menjawab salah satu pertanyaan peserta dari Kab. Bone yang mempertanyakan apa upaya Dinas Pendidikan Sulsel mengatasi masalah keterbatasan akses internet di daerah-daerah. Menurut Plt. Kadis Pendidikan Sulsel, pihaknya telah memetakan ada 31 SMA SMK yang berada pada remot area di 11 kabupaten kota terkait lemahnya akses pendidikan di Sulsel. Basri menegaskan pihak Dinas Pendidikan Sulsel telah memberikan bantuan komputer, disel dan Pisat untuk mengakses internet dari luar. “ Syukur alhamdulillah SMA-SMA ini telah mengakses sendiri jaringan internet tanpa harus ke ibukota kabupaten”, kata Basri. Karena itu, selama masa belajar sekolah di rumah, pihak Dinas Pendidikan Sulsel telah melakukan belajar online melalui jaringan yang merata di Sulsel dengan memanfaatkan E-Panrita.
Tentang perpanjangan belajar di rumah, Basri menjelaskan bahwa pihak Dinas Pendidikan Sulsel yang penting pola belajar sekolah ke rumah haruslah efektif dengan memaksimalkan sistem belajar berkualitas. “ Saya berharap agar guru-guru mengutamakan kreativitas, dan terus menerus mengembangkan inovasi terkait mendukung program pendidikan Sulsel andalan yang lebih maju, bermutu dan berinovasi,” kata mantan Ketua KNPI Kota Makassar ini.
Dewan Pengawas Yayasan Unibos Aksa Mahmud, H. Munafri Arifuddin, S.H. tampil sebagai Bintang Tamu Kulwa Online Forum Peduli Pendidikan Sulsel. Appi menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta yang sebagian besar bertanya apa yang harus dilakukan tatkala memperoleh amanah memimpin kota Makassar. Menurut CEO PSM Makassar ini, pihaknya akan memberikan prioritas anggaran untuk beasiswa para guru-guru yang memiliki prestasi dan kualitas untuk segera dikirim belajar keluar negeri. Tujuannya, lanjut Appi hanya dengan kualitas belajar guru-guru di luar negeri akan menentukan kualitas pendidikan di kota Makassar. Coba kita lihat berapa banyak guru kita sekarang yang ada di kota Makassar yang mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri dengan program beasiswa? “Bagaimana kita mau bicara compare dengan luar negeri kalau melihat sistemnya saja tidak pernah. Jadi intinya bukan walikotanya yang selalu keluar negeri, tapi guru-gurunya yang harus punya banyak kesempatan melihat apa yang terjadi dengan dunia pendidikan di luar negeri”, kunci Appi.
Bachtiar Adnan Kusuma, setuju konsep Makassar harus pintar dan beradab. Proses mendidik anak-anak menjadi pintar adalah sebuah sistem pendidikan memassal yang harus dipersiapkan dari awal. Caranya, kata BAK dengan membenahi total sistem kurikulum, sarana dan prasarana serta kualitas alumni SMA dan SMK. “ Kita butuh siswa bukan hanya pintar, tapi yang lebih penting lagi pintar, beradab, berbudaya dan punya sopan santun yang tinggi,” jelas BAK.