Beranda Sulsel PPI Sulsel : Partisipasi Politik Masyarakat Berperan Penting Wujudkan Pemilu Berkualitas

PPI Sulsel : Partisipasi Politik Masyarakat Berperan Penting Wujudkan Pemilu Berkualitas

HERALDMAKASSAR.com – Poros Pemuda Indonesia (PPI) Sulsel menggelar dialog publik bertajuk “Partisipasi Politik Masyarakat Memiliki Peran Penting Dalam Mewujudkan Pemilu Yang Berkualitas”. Dialog ini digelar di Warkop Dottoro Boulevard-Panakukang, Makassar, Rabu (20/3).

Hadir sebagai narasumber, Kapolda Sulsel Irjen Pol. Drs. H. Hamidin yang diwakili Kombes Pol Stephen Karo ops Polda Sulsel, Sekretaris KPU Sulsel Asrar Marhalang, Ketua Bawaslu Sulsel Laode Arumahi, Pengamat Politik Dr. Arif Wicaksono dan Ketua LMPI Sulsel Andi Nur Alim.

Kombes Stephen mengawali pemaparannya, mengatakan bahwa secara nasional indeks kerawana pemilu di Sulsel rangking ke-20, namun pencapaian itu tidak kemudian membuat pihak penyelenggara dan keamanan terlena.

“Kita jangan terlena karena kita tetap bekerja mengantisipasi kerawanan di Sulsel, mulai dari pengamanan dari Bawaslu dan KPU, kemudian logistik yang masuk ke kita, juga kami melihat klasifikasi kerawanan, daerah yang dianggap rawan ketika ada dalam suatu daerah ada militansi pemilih terhadap calon,” paparnya.

Lanjut Stephen, saat ini Polres sudah meminta bantuan BKO dari Polda, disamping pihak kemanan juga melibatkan kekuatanTNI.

“Kami baru saja gelar video confrence dengan Menkopolhukam, Bawaslu dan KPU kemudian panglima TNI dan Kapolri. Melihat perkembangan terakhir setiap daerah kita telah melakukan kegiatan untuk meminimalisir, mulai dari deklarasi damai, gelar pasukan, latihan bersama kami telah laksanakan dan juga kegiatan lain yang juga mengamankam tahapan demi tahapan pemilu ini. Sampai H-1 terus kami lakukan komunikasi intensif. Kita sudah memasuki tahap inti, kita sudah masuk kampaye terbuka setelah itu masuk masa tenang dan pemilihan umum. Ini juga masa yang harus kita antisipasi bersama, kami menghimbau untuk tidak golput dan kami siap menjamin akan aman untuk pergi ke TPS di wilayah Sulsel,” jelas Stephen.

Sementara itu Ketua Bawaslu Sulsel Laode Arumahi menyampaikan bahwa dari aspek pengawasan pihaknya akan langsung diawasi oleh DKPP yang mengawasi prilaku penyelenggara pemilu, ada dua sanksi yang menghadang mereka kalau bekerja tidak profesional.

“Jenis pelanggaran itu yang pertama adalah pelanggaran kode etik dan itu prosesnya tidak lama paling dua minggu, apakah sanksinya berat atau ringan ini ditentukan DKPP. Sanksi yang paling berat adalah pemecatan secara permanen. Ini bahayanya bagi penyelenggara, selebihnya kalau tidak terlalu berat ada sanksi peringatan,” ujarnya.

Terkait dengan kualitas pemilu ditentukan oleh kualitas pemilih, juga kualitas paslon, jika kualitasnya bagus maka salah satu point kualitas pemilu terpenuhi, kemudian peserta dari partai politik.  Termasuk didalamnya adalah kualitas caleg yang ditampilkan. Masing-masing akan menentukan kualitas pemilu. Kemudian yang ketiga kualitas pemilih apakah pemilihnya cerdas atau tidak. Kualitas pemilu ditentunkan penyelenggara pemilu juga, jika penyelenggara pemilu harus punya kualitas dan integritas dia harus mandiri tidak boleh dipengaruhi oleh tekanan dan ancaman.

“Kami mengambil keputusan berdasarkan peraturan perundangan-undangan, mari kita kawal proses ini. Ada tiga laporan yakni peserta pemilu, lembaga pemantau, kemudian yang diberi kewenangan undang undang yang diberi kewenangan melaporkan, warga Indonesia yang telah ditetapkan pemilih,” serunya.

Dr Arif Wicaksono mengatakan, sangat menarik  ketika kita membicarakan partisipasi pemilih menjelang pemilu. Dia mengarah kepada beberapa faktor saja dimana partisipasi politik dan kualitas pemilih.

“Kita mungkin membaca adanya penurunan tingkat partisipasi politik, hampir tiap even politik ada penurunan, kalau ini benar berati ada faktor, ada beberapa yang membuat itu tetkait dengan penurunan dimana adanya keribetan dalam memilih, contoh baru saja kita laksanakan pilkada serentak, di Sulsel ada Pilgub dan Pilwali, sekarang Pileg dan Pilpres, nah ini adalah faktor kejenuhan mungkin, hampir setiap tahun kita dihadapkan dengan proses politik, padahal kalau mau dikaitkan dengan tujuan politik masyarakat kurang paham apa sih tujuan politik sebenarnya. Jadi wajar kalau siapapun terpilih masyarakat berfikir bagaimana caranya hanya berfikir makan sendiri,” jelas Arief.

Menurutnya, masyarakat bisa saja sakit gara-gara mendengar kata politik, ini sebenarnya yang menjadi pekerjaan berat bagi para penyelenggara, yang membuat malas adalah kejenuhan dalam berpolitik. Faktor selanjutnya ternyata tinggal ekonomi tingkat pendidikan dan pengalaman berbanding lurus tingkat partisipasi, orang orang yang pergi ke TPS rata-rata tidak berpendidikan lebih tinggi dan yang tidak banyak ke TPS justru yang memiliki pendidikan tinggi.

Pada kesempatan yang sama, Sekertaris KPU Sulsel, Asrar Maralang mengatakan pihaknya sudah punya program yang sangat bayak untuk meningkatkan partisipasi pemilih, data sementara pemilih yang keluar dari Sulsel 15.259 yang memakai format A5 yang masuk ke Sulsel seribu lebih.

“Kami di KPU terus mengembangkan sayap untuk meningkatkan partisipasi selain pemilih pemula, pemilih perempuan, disabilitas, pemilih keagamaan dan lain-lain. Kita juga mengembangkan beberapa segmen lagi, kita mendekati daerah yang rawan konflik, rawan bencana, masyarakat adat, daerah terpencil dan sebagainya. Kali ini partisipasi pemilih lebih tinggi. Ada kecenderungan menarik untuk dikaji kesempatan sampai tanggal 17 Maret kemarin banyak skali yang mau bermohon untuk masuk daftar pemilih apakah ini adalah kesadaran atau apa, tapi kita berharap tingginya partisipasi masyarakat untuk memilih,” paparnya.

Sementara itu, Andi Nuralim (Ketua LMP Sulsel) mengatakan lartisispasi pemilih kemungkinan mencapai 90% karena tim paslon semuanya turun full sehingga banyak ajakan untuk memilih, terus tetkait kualitas pemilu nantinya ditentukan KPU. Tentunya bagaimana KPU memberikan pendidikan politik dan Bawaslu melakukan pengawasan apa yang terjadi di masyarakat.

“Jangan sampai jelang pemiliu ada percikan untuk memicu konflik, maka tugas penyelenggara harus meminimalisir konflik. Tentunya kami berharap pemilu 2019 ini aman dan damai dan berkualitas beberapa hari ini banyak yang mengadu, perpindahan dari daerah yang masuk kesini memang secara sadar mereka ingin memilih ada tiga orang yang menghubungi saya dan menkomunikasikan ke capil, mereka dari jauh tapi dia mau memilih dia dari Mamuju. Harus diantisispasi juga jangan sampi ada yang ingin merusak dan menurunkan jalannya Pilpres, insyaAllah untuk keamana insyaAllah akan aman aman saja sepanjang pihak kepolisian bekerja maksimal,” pungkasnya.(HM/IR)