HERALDMAKASSAR.com – Calon anggota legislatif (Caleg) incumben dari Partai Demokrat, Basdir SE mempertahankan gaya politik partisipan, dan menghindari politik transaksional. Cara menggaet pemilih pada Pileg tahun 2014 lalu, tetap menjadi strategi Basdir untuk sukses pada Pileg 2019 mendatang.
Caleg di Daerah Pemilihan (Dapil) II, meliputi Kecamatan Tallo, Wajo, Bontoala, Ujung Tanah dan Sangkarrang ini menceritakan, dari awal maju di periode pertama (Pileg 2014), dirinya berstatus sebagai pendatang baru melawan dua incumben. Bahkan pada saat itu rival diinternal partainya dianggap sudah sangat mapan.
Berbicara soal ketokohan, kedua orang tua Caleg dengan nomor urut 4 ini tidak terlalu dikenal seperti tokoh masyarakat pada umunya. Basdir mengaku hanya anak dari dua orang tua yang sederhana.
“Dibanding yang lain juga, saya tidak ada apa-apanya. Tapi sekali lagi ternyata faktanya di lapangan pada saat itu, uang itu bisa menentukan banyak hal, tetapi tidak semua ditentukan oleh uang,” kata Basdir, Senin (19/11/2018).
“Seandainya uang adalah penentu segala-galanya. Maka saya pasti tidak duduk pada saat itu,” imbuhnya.
Tetapi, lanjut Basdir ada nilai yang dia pertahankan dan terus jaga selama ini, yakni kekuatan silaturahmi.
“Kekuatan silaturahmi itu saya pertahankan sampai hari ini, dan Alhamdulillah itu terjaga dengan baik. Boleh dicek di daerah saya di Dapil II, nyaris semua tim saya itu masih aktif berkomunikasi bahkan masih aktif saling kunjung mengunjugi,” tuturnya.
Basdir memang adalah legislator yang dikenal sering berkunjung ke masyarakat, apalagi pada acara hajatan ataupun saat konstituennya berduka. Diapun tidak menepis kebiasaanya itu, dia mengaku sudah menjadi kebiasaan yang sulit dia hindari.
“Artinya saya membangun komunikasi tanpa ada sekat, tanpa ada jarak. Karena hubungan yang saya bina adalah bukan hubungan politik, tapi hubungan persaudaraan, hubungan sosial, hubungan kebersamaan dan hubungan silaturahmi. Itu yang saya jaga sampai hari ini, dan ternyata kekuatannya itu luar biasa,” ucapnya.
Basdir melanjutkan, memang betul ada sebagian yang menggunakan kekuatan finansial.
“Tapi saya pribadi lebih percaya kekuatan silaturahmi, tentu disamping ada biaya-biaya politik yang lain. Namanya politik kan tentu ada biaya politiknya, tetapi kekuatan utama saya adalah membangun hubungan personal dengan orang-orang, membangun peraaudaran,” ujarnya.
(MKA)