POJOKSULSEL.com, LUWU UTARA – Bagi masyarakat Tana Luwu, mendengar kata “Dandang” pasti ingatan akan tertuju pada sebuah wilayah yang dicap sebagai daerah rawan konflik. Namun itu dulu.
Stigma tersebut sudah tidak berlaku lagi. Desa Dandang Kecamatan Sabbang kini berubah 180 derajat menjadi desa yang penuh inovasi lagi berkembang.
Perubahan ini pun menjadi sempurna tatkala Desa Dandang ditetapkan sebagai salah satu Desa paling berkembang di Luwu Utara pada 2017, sehingga berhak mewakili Kabupaten Luwu Utara pada Perlombaan Pekerkembangan Desa Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
Desa Dandang bertransformasi, bukan lantaran ikut lomba di tingkat provinsi, tapi jauh sebelum ditetapkan sebagai desa berkembang Desa ini sudah merubah wajah menjadi desa inovatif.
Kepala Desa Dandang, Djahidin Patadari, sejak menjabat Kepala Desa langsung memberikan pengaruh yang positif. Konflik diminimalisir, bahkan sudah tidak ada lagi hingga saat ini.
Dan yang paling menonjol adalah sentuhan inovasi dalam hal pemetaan wilayah, pemetaan lahan, pemetaan keluarga miskin, pemetaan raskin dan rastra. Bahkan Pemetaan wilayah mendapat pengakuan dari Badan Pertanahan Nasional.
Tangga menuju puncak pesona pun dimulai. Menjadi desa terbaik di Sulsel, tentu adalah mimpi yang harus diwujudkan. Sebelum itu terjadi, Dandang harus mendapat penilaian dari Tim Penilai Perkembangan Desa Provinsi Sulsel, Selasa (24/7).
Soal layak atau belum layak adalah domain tim penilai. Satu sisi positif yang mungkin menjadi penguat keyakinan bahwa Dandang bisa menggapai puncak tertinggi sebagai desa berkembang di Sulsel, bahkan di Indonesia, mulai terlihat. Ketua Tim Penilai, Sentot Irawan, mengatakan, Dandang punya keunggulan tersendiri dibanding desa lainnya, yaitu dalam hal inovasi desa.
“Soal peluang, semua desa punya peluang,” kata Sentot, saat ditemui usai acara penyambutan Tim Penilai Perkembangan Desa Provinsi Sulsel.
Meski demikian, sejauh ini ada satu hal yang dimiliki Desa Dandang yang belum ada di desa lain. Ya, soal inovasi desa.
“Di Sulsel, ada 24 kabupaten/kota yang ikut lomba ini. 21 kabupaten, 3 kota. Yang dinilai semuanya sama. Indikatornya sama. Artinya, peluang juga sama. Tapi bagi Dandang sendiri saya melihat ada satu kelebihannya, yaitu ada pada inovasi tadi, menggunaan IT. Tentu ini merupakan nilai plus bagi Dandang,” terang Sentot.
Untuk menjaga sisi keberlanjutan dari apa yang sudah diraih desa Dandang, maka seluruh stakeholder, mulai dari pemerintah sampai kepada masyarakat, harus saling mendorong dalam menumbuhkembangkan pembangunan berskala desa sesuai kebutuhan masyarakat.
“Komitmen ini harus dijaga dan digalakkan dalam upaya mewujudkan pembangunan yang agresif, partisipatif, yang memenuhi aspek keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat desa, sehingga bisa ditetapkan sebagai desa yang berprestasi, baik di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, bahkan nasional,” jelas Sentot.
Sebelumnya, Wakil Bupati Luwu Utara, Muhammad Thahar Rum, dalam sambutannya berharap agar Desa Dandang dapat meraih hasil maksimal dalam perlombaan desa kali ini.
“Sejak Desa Dandang ditetapkan bahagian dari Luwu Utara di tingkat Provinsi, Pemerintah Daerah bersama stakeholder terkait lainnya langsung menyikapinya dengan melakukan berbagai kegiatan pembinaan di lapangan. Untuk itu, kita semua berharap semoga Desa Dandang bisa mendapat sesuatu yang terbaik setelah penilaian perlombaan desa ini dilakukan,” harap Thahar yang disertai applaus dari para tamu yang hadir.
Tak lupa, Thahar Rum juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam persiapan menuju penilaian perlombaan desa tingkat provinsi.
“Kami sangat menghargai semangat, partisipasi dan kebersamaan masyarakat dalam membangun desa ini dalam suasana yang penuh kekerabatan, sehingga menjadi motivasi tersendiri bagi masyarakat yang lain. Desa adalah bagian yang tak terpisahkan yang harus dijaga, dipelihara dan ditumbuhkembangkan oleh segenap masyarakat dengan dukungan kebersamaan semua pihak dan stakeholder yang ada,” ungkapnya (LH/HMS/pojoksulsel)