POJOKSULSEL.com, PAREPARE – Di bulan suci Ramadan, orang tua biasanya was-was mengajari anaknya yang masih kecil untuk berlatih berpuasa.
Pertanyaan itu kerap menyelimuti para orang tua, namun hal itu wajar saja karena setiap orang tua memiliki rasa khawatir terhadap anaknya.
Di usia berapa anak diajari puasa ?. Ya pertanyaan itu yang pertama muncul dalam benak orang tua.
dokter anak RSUD Andi Makkasau, Dr. A. Rismawaty Darma menjelaskan, anak yang akan dilatih berpuasa harus sudah paham makna dari puasa tersebut. Latihan puasa dianjurkan untuk anak yang telah melewati masa balita, yang berumur sekitar 5 tahun hingga 6 tahun.
“Tapi jangan dipaksakan, karena hanya latihan. Kalau anak hanya mampu puasa selama tiga jam, ya tidak apa-apa, biarkan dilakukan secara bertahap,” katanya. Kamis (31/5/2018).
Menu yang cocok untuk buka puasa dan sahur bagi anak lanjut Dr. A. Rismawaty, yaitu menu yang mengandung gizi seimbang termasuk karbohidrat dan protein, serta penambahan susu formula yang sesuai dengan umurnya. Tidak lupa memasukkan makanan tinggi serat dalam menu, agar anak dalam berpuasa tidak gampang lapar.
“Jangan biasakan untuk makan dengan porsi besar, lantaran bisa mengakibatkan perut kembung dan gangguan pencernaan. Siapkan makanan yang berprotein, karena bisa membuat anak kenyang lebih lama. Karbohidrat penting untuk sumber energi anak, ditambah beri sayur dan buah untuk menopang kebutuhan vitamin dan mineralnya tetap terpenuhi,” jelasnya.
Dr. A. Rismawaty mengatakan, anak yang mengalami BAB encer lebih dari tiga kali sehari dan nampak seperti dehidrasi, agar segeralah membatalkan puasanya. Tanda-tanda anak yang dehidrasi seperti anak rewel, mata cekung, bibir kering dan elastisitas kulit menurun.
“Berikan air putih untuk mengganti icon yang hilang, dan sarankan anak untuk beristirahat guna mengembalikan daya tahan tubuh anak kembali kuat,” katanya.
Kabid Infokom RSUD Andi Makkasau, Hj Mukaramah menambahkan, saat berpuasa, suplemen tidak selalu diperlukan, apabila asupan makanan yang mengandung vitamin dan mineral yang dikonsumsi anak sudah seimbang, seperti vitamin a, c, d, yodium dan zink.
“Tidak di anjurkan untuk mengganti asupan anak dengan suplemen, kapsul atau vitamin lainnya,” ujar Mukaramah. (sps / rsud pare pojoksulsel).