TEMPO.CO, Israel – Pemerintah Israel telah meminta pemerintah Mesir tidak mengizinkan jenazah ilmuwan Palestina, Dr Fadi Muhammad Al-Bats, yang tewas ditembak di Malaysia pada pekan lalu, dibawa melalui perlintasan perbatasan Rafah.
Perbatasan ini merupakan akses utama untuk memasuki wilayah Jalur Gaza, yang merupakan tempat tinggal keluarga besar Al-Bats, dari Mesir. Keluarga Al-Bats tinggal di kawasan Jabalia.
“Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengirim permintaan itu kepada pemerintah Mesir lewat jalur konvensional,” bunyi laporan media Palestine News Network, seperti dikutip Straits Times, Senin, 23 April 2018.
Avigdor mengatakan pelarangan ini merupakan kebijakan Israel guna mencegah pengiriman jenazah para martir dari gerakan Hamas untuk dikuburkan di Jalur Gaza.
Permintaan serupa juga disampaikan Menteri Pendidikan Naftali Bennett sehari sebelumnya. Dia bersumpah, jenazah Fadi Al-Bats tidak boleh dikuburkan di Jalur Gaza hingga tentara Israel yang ditahan Hamas dilepaskan.
Selain menahan tentara, Hamas masih menahan dua warga sipil Israel karena memasuki Jalur Gaza tanpa izin pada 2014 dan 2015. Hamas juga sedang menahan dua jenazah tentara Israel yang tewas dalam pertempuran.
Saat ini, Kedutaan Besar Palestina di Malaysia sedang berkoordinasi dengan pemerintah Malaysia terkait dengan pengiriman jenazah Al-Bats kepada keluarganya di Gaza.
Seperti diberitakan sebelumnya, ulama sekaligus pengajar berkebangsaan Palestina, Dr Fadi Muhammad Al-Bats, tewas ditembak dua lelaki bersepeda motor BMW pada Sabtu subuh, 21 April 2018.
Al-Bats merupakan insinyur ahli teknologi roket dan pesawat tanpa awak. Dia terkena sepuluh tembakan di bagian badan dan kepala.
Hamas dan keluarga korban mengatakan Mossad berada di balik aksi pembunuhan ini. Hamas mengakui bahwa Al-Bats merupakan anggotanya. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, meyakini Mossad berada di balik pembunuhan ilmuwan Palestina itu.
“Serangan mematikan terhadap Al-Bats menyusul serangkaian peristiwa sebelumnya yang dialami para tokoh Palestina,” ujar Haniyeh.
Sebaliknya, Israel mengatakan Al-Bats bukanlah seorang suci, melainkan seorang ahli pembuat roket. Menhan Avigdor Lieberman, seperti dilansir Middle East Monitor, membantah lembaga mata-mata Israel, Mossad, terlibat dalam pembunuhan ini.
Lieberman menyebut kematian Bats sebagai bagian dari perselisihan internal Palestina. “Kami mendengar itu dari berbagai berita. Palestina selalu menyalahkan Israel jika ada peristiwa pembunuhan. Kami sudah terbiasa mendengar tuduhan itu,” ucap Lieberman kepada Radio Israel