TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Joko Widodo bertemu dengan sejumlah ulama dari Persaudaraan Alumni 212 di Istana Bogor pada 22 April lalu. Dalam wawacara dengan Tempo pada Jumat, 27 April 2018, Jokowi mengungkapkan alasannya menerima rombongan PA 212 yang selama ini diketahui kerap mengkritik pemerintahannya.
Menurut Jokowi, pertemuan tersebut memang dimaksudkan untuk kepentingan politik. “Ini silaturahmi politik untuk mencairkan suasana. Jangan sampai ada pendapat-pendapat saya tidak bertemu dengan siapa saja,” kata Jokowi.
Pertemuan tersebut pun digelar tertutup sesuai dengan permintaan PA 212. ”Sehingga saya ikut tertutup. Kalau terbuka, ya, saya terbuka,” kata Jokowi.
Anggota Tim 11 Ulama Alumni 212, Usamah Hisyam mengatakan pertemuan sudah direncanakan sejak rencana kepulangan Rizieq Shihab, Imam Besar Front Pembela Islam pada Februari lalu. Rizieq kini berada di Arab Saudi setelah menjadi tersangka kasus konten pornografi. “Saya sampaikan, selain silaturahmi, kami meminta penuntasan kriminalisasi terhadap ulama,” kata dia.
Baca: Begini Kronologi Pertemuan PA 212 dengan Jokowi
Ketua Tim 11 Ulama Alumni 212, Misbahul Anam menambahkan, dalam kesempatan itu pihaknya juga memberikan informasi yang lebih akurat untuk Presiden Jokowi mengenai kriminalisasi ulama. Tim 11 juga mendesak Presiden segera menghentikan kriminalisasi kepada ulama. “Dulu presiden menyebutkan tidak akan ada kriminalisasi terhadap ulama, namun fakta-faktanya kami menemukan masih ada,” ujarnya.
Namun pertemuan Jokowi dan PA 212 itu ternyata tak dipandang baik oleh semua pihak. Jokowi menerima banyak keluhan dari sebagian pendukungnya yang tak setuju kelompok yang dianggap berseberangan itu dirangkul. “’Bapak kok malah….’ Lho, ini semua rakyat kita. Saya sampaikan kepada para relawan,” kata Jokowi.
Selengkapnya baca Majalah Tempo edisi pekan ini.