HERALDMAKASSAR.com – Penanganan dan pengelolaan sampah menjadi salah satu problematika klasik di Kota Makassar yang tidak kunjung tuntas. Selain upaya pengembangan TPA dan membangun industri pengolahan sampah, butuh usaha lain dalam mengatasi persoalan sampah agar tidak semakin menumpuk.
Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal-Fadli Ananda (DILAN), sudah memikirkan solusi terbaik mengatasi masalah persampahan di ibukota provinsi. Selain mengembangkan TPA disertai sistem pengolahan yang baik, pengelolaan sampah di tahap awal mesti menjadi perhatian.
DILAN mencanangkan program Sampah Berbasis Label Usaha (Sambalu) sebagai upaya menciptakan siklus produktif atas sampah. Toh, sampah bila dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penghasilan, semisal didaur ulang menjadi produk atau diolah menjadi pupuk dan pekan.
“Butuh inovasi dalam penanganan dan pengolahan sampah. Tidak cukup sampah tukar beras, banyak kok yang lain yang bisa diterapkan. Intinya, bersama-sama kita ubah paradigma sampah dari musuh menjadi sumber penghidupan dengan pengembangan usaha produktif dari sampah,” kata Deng Ical-sapaan akrabnya, Selasa (27/10/2020).
Kader Muhammadiyah itu menjelaskan ada berbagai opsi terkait menciptakan siklus produktif dari sampah. Pertama, mengubah sampah menjadi energi listrik dan gas. Metode tersebut tentunya akan sangat produktif tapi memang membutuhkan sokongan anggaran besar untuk membangun PLTSa.
Kedua, mengubah sampah menjadi pupuk dan pakan. Langkah ini akan didorongnya di tingkat rumah tangga sehingga penanganan sampah akan dilakukan lebih awal. Ketiga, mengubah sampah menjadi ekonomi kreatif. Caranya dengan mendaur ulang sampah menjadi aneka produk yang bisa dijual.
Keempat alias terakhir, menghadirkan pusat studi lapang penanganan sampah. Melalui pusat studi itu, upaya penanganan dan pengelolaan sampah bisa dilakukan lebih baik lagi pada masa mendatang. “Ya pada intinya, kita mesti ciptakan siklus produktif dalam pengelolaan sampah.”
“Salah satu yang menjadi atensi dan menghasilkan adalah mengubah sampah menjadi ekonomi kreatif. Kita akan optimalkan lagi usaha produktif dari sampah, kita dorong masyarakat, terutama kelompok pemulung untuk mampu mendaur ulang sampah menjadi aneka produk menghasilkan,” sambung Deng Ical.
Lebih jauh, Ketua PMI Makassar itu menjelaskan dalam program Sambalu, masih banyak lagi upaya-upaya penanganan dan pengelolaan sampah berbasis pelibatan masyarakat. Di antaranya yakni penguatan dan pengembangan kelompok pemulung di tingkat kelurahan dan pelatihan penanganan sampah mandiri di level rumah tangga (RT/RW).
Selanjutnya, DILAN juga menyiapkan pemberian insentif untuk program daur ulang sampah berbasis komunitas maupun RT/RW, sosialisasi penggunaan bahan organik baik rumah tangga atau industri, program insentif untuk industri kemasan dan produsen menggunakan bahan organik atau bahan yang dapat didaur ulang.
“Kita juga akan membebaskan retribusi sampah untuk masyarakat tertentu, mereka yang kurang mampu dan terdampak Covid-19,” tandasnya. (*)