HERALDMAKASSAR – Pandemi global merontokkan sendi perekonomian kelas bawah, khususnya sektor UMKM. Seperti halnya terjadi di kawasan kuliner Pasar Segar.
Setelah tutup selama lebih dua bulan, kawasan ini kembali dibuka mulai awal Juli lalu. Namun tidak seperti biasanya yang ramai pengunjung, kali ini kawasan Pasar Segar mulai ditinggal pengunjung.
Padahal, pengelola telah menerapkan standar protokol covid 19, tetap saja animo yang berkunjung di kawasan kuliner terbesar di Makassar ini, tetap meredup.
Seorang pemilik tenan yang enggan namanya disebutkan, mulai mengeluhkan sepinya aktivitas jual beli. Malam Minggu yang biasanya menjadi “malam panen” saat ini omsetnya jauh dibawah dari malam minggu sebelum covid.
“Omset kami lagi jatuh banget. Jauh dibawah dari malam sebelum pandemi. Saat ini kami hanya bisa mendapatkan omset 100.000 hingga 200.000 per malam. Itu hanya habis operasional gaji, listrik dan internet,” ujar seorang pemilik tenan.
Hal ini diperparah lagi dengan keputusan untuk kembali memberlakukan tarf parkir. “Kami benar-benar menjerit, tapi kami mau mengadu pada siqpa?,” katanya.
Selain itu, sewa teman sudah mulai diberlakukan. “Memang ada diskon 40 persen tapi itu tidak menolong karena omset jatuh banget. Ditambah lagi kebijakan iuran kebersihan dan pengamanan di kisaran Rp 500.000 per bulan mulai diberlakukan,” ujarnya.
Kepala Pasar Segar Makassar Fredrik Tulaseket mengamini masih sepinya pengunjung kawasan. Ia berkilah, itu disebabkan oleh masih masa pandemi.
Terkait kebijakan yang dinilai memberatkan pedagang, Frederik berkilah itu merupakan kebijakan direksi Pasar Segar. “Kami hanya menjalankan kebijakan perusahaan,” ujar Frederik yang akrab disapa Fery itu.