HERALDMAKASSAR.COM – Pakar perencanaan wilayah dan kota Universitas Bosowa (Unibos) Makassar Prof.Dr.Ir.Batara Surya, M.Si menyoroti penataan kota serta kemacetan yang terus terjadi di Kota Makassar. Alhasil, dua persoalan tersebut mengganggu perputaran ekonomi di kota ini. (17/6/2020)
Batara Surya mengaku telah beberapa kali menyampaikan solusi terhadap persoalan kemacetan dan banjir ke Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar. Salah satunya adalah bangunan-bangunan atau pemukiman yang ada di sekitar bantaran sungai harus siap untuk ditata.
Batara menyebut pemukiman warga di dua sungai yang ada di kota Makassar harus bisa direlokalisasi dengan membangun rumah susun (rusun).”Di Makassar ada dua sungai besar yang marak sekali pemukiman kumuh di sekitar bantaran, yakni Sungai Tallo dan Jeneberang. Dalam tata ruang kota, tidak ada satupun teori bahkan aturan yang membenarkan pemukiman dibangun di bantaran sungai,”katanya.
Di Makassar sendiri dengan jumlah penduduk mencapai 1,5 juta jiwa, sebut Batara sebanyak 127 sebaran pemukiman kumuh untuk tahun 2019. Jumlah itu meningkat jika dibanding tahun 2017 yang hanya 103 titik.“Makanya, kita berharap wali kota kedepan tidak hanya mampu menciptakan gagasan, tapi bagaimana mengeksekusi gagasannya itu,” terangnya.
Kemudian persoalan kemacetan, lanjut Batara, di beberapa titik pusat Kota Makassar banyak bangunan yang beralih fungsi dengan menyalahi izin. Misalnya saja pusat perbelanjaan atau mal di kawasan pendidikan.
Belum lagi hotel yang berdiri di area perumahan.”Bangunan-bangunan yang beralih fungsi inilah yang menjadi penyumbang kemacetan karena keterbatasan lahan parkir misalnya. Sehingga terjadi penyempitan jalan karena banyaknya kendaraan yang memilih parkir di bahu jalan,” terangnya.
Sementara itu, Calon Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin berharap kawasan Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar) segera terealisasi agar terjadi konektifitas pemerintahan antarkabupaten. “Artinya begini, Makassar ini kan pusat kota Sulawesi Selatan. Sehingga untuk membangunnya, Makassar tidak bisa sendiri.
Butuh konektifitas dengan daerah terdekatnya. Makanya saya berharap kawasan Mamminasata bisa segera terealisasi,” terang Appi–sapaan akrab Munafri.
Kemudian untuk mengatasi persoalan kemacetan, CEO PSM Makassar ini memiliki program relokasi pegawai atau Aparatur Sipil Negara (ASN). Dimana, ASN akan ditugaskan di sekitar tempat tinggalnya.
“Misalnya, ASN atau pegawai puskesmas yang tinggal di sekitar Daya, tentunya akan ditugaskan di Puskesmas Daya. Bukan lagi ditugaskan di Puskesmas Mamajang. Tinggal nanti datanya dibenahi untuk penempatan masing-masing ASN,” tutup Appi.