TIDAK lama lagi, umat Islam di seluruh dunia akan menyambut Bulan Ramadan 1439 hijriah. Pada bulan penuh rahmat tersebut, keberadaan masjid sangat dirasakan manfaatnya. Sekaitan dengan itu, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Malino menggelar peresmian penggunaan Masjid Nurul Falah di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu (29/4/2018).
Ketua DPD LDII Kabupaten Gowa, Drs Santri MT mengemukakan, di Bulan Ramadan, frekuensi kegiatan warga LDII yang dipusatkan di masjid sangat padat. “Mulai dari Shalat Tarawih, tadarus Alquran, dan iktikaf di 10 malam terakhir di Bulan Ramadan. Belum lagi rutinitas pengajian yang padat. Sebab itu, masjid ini sudah sangat mendesak untuk diresmikan penggunaannya,” katanya.
Hadir dalam peresmian masjid, Sekretaris Daerah (Sekda) Gowa, Muchlis SE MSi didampingi ibu. Hadir pula tiga orang wakil ketua DPW LDII Sulawesi Selatan Dr Ir Abri MP, Dr Sukardi Weda, dan Dr Sanusi Fattah SE MSi. Turut hadir wakil sekretaris Ridwan Yahya SE dan Ilmaddin Husain SPd. Ketua Ketua PC LDII Bungaya, PC LDII Bajeng, PC LDII Pallangga, dan PC LDII Somba Opu.
Selain itu, hadir anggota DPRD Gowa Abdul Latif Hamid, Camat Tinggimoncong Andry Mauritz Malagani Kamase SSos MM, Lurah Malino Husnul Khotimah, Lurah Pattapang Rahmatia SSos, Lurah Bontolerung Silviana Lestari SSTP, Lurah Bulutana Suhardiman Utama SSTP, dan Kepala KUA Kecamatan Tinggimoncong.
Selama bulan suci Ramadan, kata Santri, ada 5 program ibadah yang harus warga LDII Sukseskan. “Yaitu sukses puasa, sukses shalat tarawih, sukses tadarus Alquran, sukses iktikaf, dan sukses zakat fitrah. Memang kebutuhan akan adanya tempat ibadah sangatlah mendasar,” ucap Santri.
Pihaknya mengatakan, selain sebagai pusat ibadah, bagi warga LDII, masjid menjadi tempat pengkajian Alquran dan Alhadis. “Masjid sebagai tempat ibadah, tempat pengajian, dan tempat bermusyawarah agar pembinaan umat bisa berjalan dengan baik. Pengajian yang dilakukan oleh LDII sasarannya mulai dari usia PAUD, pra remaja, remaja, dewasa, hingga manula,” ujarnya.
Ketua LDII Gowa Drs Santri MT mengatakan, jumlah masjid dibawah pengelolaan LDII Gowa sebanyak 15 masjid. “Ini termasuk masjid yang baru diresmikan di Malino,” katanya.
Tidak heran, kata Santri, masjid yang dikelola oleh LDII tidak pernah sepi dari kegiatan. “Masjid yang LDII bangun bukan hanya diperuntukkan untuk warga LDII. Tetapi kita bangun agar berguna untuk seluruh umat Islam. Paling tidak warga yang ada di sekitar masjid,” paparnya.
Adapun Sekda Gowa, Muchlis SE MSi, berujar, Pemda Gowa memiliki program pengentasan buta baca tulis Alquran. “Kalau ada calon jamaah haji atau umrah yang belum fasih membaca Quran, maka bisa datang ke sini untuk belajar mengaji. Saya tahu, di tempat mengajinya orang LDII, meskipun orang tua, mereka tidak malu membaca Alquran,” katanya.
Masjid diresmikan karena akan ada aktivitas yang akan dilakukan. Masjid ini bukan hanya mementingkan bagaimana bangunannya. “Tetapi, bagaimana memakmurkannya,” kata Muchlis.
Muchlis berharap, keberadaan masjid dapat menambah nilai kebaikan karena banyaknya kegiatan yang dilakukan. “Mudah-mudahan masjid ini akan memajukan wilayah kita. Akan meningkat peradaban orang Tinggimoncong,” paparnya.
Setelah berdiskusi dengan Kepala Kemenag, Mukhlis mengatakan, tidak sedikit calon jamaah haji dan umrah yang belum lancar membaca Alquran. Padahal, Kabupaten Gowa adalah daerah pertama yang menetapkan peraturan wajibnya memiliki sertifikat TPA untuk masuk ke jenjang SMP. “Keberadaan masjid ini bisa diatur menjadi center of excellent. Bagi calon jamaah haji dan umrah, bisa belajar mengaji. Gelar pengajian kitab haji dan umrah supaya umrah dan hajinya lebih semangat,” katanya.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua DPW LDII Sulawesi Selatan Dr Ir Abri MP mengungkapkan, bagi LDII, masjid mempunyai 2 fungsi. “Pertama, masjid berfungsi sebagai tempat ibadah ritual. Misalnya masjid menjadi tempat untuk shalat 5 waktu, berzikir, dan berdoa. Kedua, masjid sebagai tempat ibadah sosial,” kata Abri.
Di Sulawesi Selatan, kata Abri, LDII mengelola hampir 300 masjid. Di Kota Makassar sendiri, hampir 20 masjid yang LDII kelola.
Warga LDII, kata Abri, menggunakan masjid untuk membangun manusia Indonesia melalui dakwah. “LDII mengembangkan dakwah islam sesuai ketentuan MUI, yaitu islam wasathiyah. Di dalamnya terkandung makna tasamuh atau toleransi,” ujarnya.
Pihaknya mengingatkan, jangan mempolitisasi masjid. “Kita menghadapi tahun politik. Jangan sampai masjid dijadikan basis untuk memprovokasi umat, sehingga terjadi disintegrasi umat. Apalgi menyebarkan ujaran kebencian dan hoaks,” kata Abri.
Sebaliknya, masjid hendaknya digunakan sebagai tempat mengajak umat agar bisa rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, kerja keras lagi hemat. “Agar Indonesia bisa sejajar dengan negara lain, maka kita harus kompak. Pemimpin bersatu dengan ulama. Sesama anak bangsa jangan saling memfitnah dan melemparkan ujaran kebencian,” ungkapnya. (rls/pojok-sulsel)