BONE – Pemerintah Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, bersama CIFOR-ICRAF Indonesia mendorong masyarakat desa untuk memanfaatkan dana desa dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga melalui pembangunan kebun sayuran di pekarangan rumah.
Program ini merupakan bagian dari inisiatif Pekarangan Pangan Bergizi (P2B) yang bertujuan memperkuat ketahanan pangan dan gizi masyarakat, sekaligus mendukung program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG).
Salah satu desa yang telah berkomitmen melanjutkan program ini adalah Desa Palakka, Kecamatan Kahu. Kepala Desa Palakka, Muchtar, mengatakan bahwa program P2B terbukti membantu warganya memenuhi kebutuhan dapur dari hasil kebun sendiri.
“Selain menghemat pengeluaran rumah tangga, masyarakat juga bisa mengonsumsi makanan yang sehat dan segar tanpa harus ke pasar,” ujarnya.
Muchtar menambahkan, pihaknya berencana mengalokasikan dana desa untuk melanjutkan kegiatan ini. Sesuai ketentuan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), sebanyak 20 persen dana desa dapat digunakan untuk program ketahanan pangan.
“Pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran dan buah-buahan sangat bermanfaat bagi rumah tangga. Bahkan, kami akan mengintegrasikannya dengan budidaya ikan yang dikelola BUMDes,” jelasnya.
Program P2B di Kabupaten Bone difasilitasi oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP). Sebanyak 89 Kelompok Wanita Tani (KWT) di 27 kecamatan telah menerima bantuan sarana produksi berupa bibit, benih, pupuk, dan sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pelaksana teknis P2B dari DTPHP Bone, Hamsah, menjelaskan bahwa pelaksanaan program dimulai dengan seleksi kelompok penerima manfaat berdasarkan rekomendasi penyuluh pertanian lapangan (PPL) di tiap desa. Setelah verifikasi, Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan KWT penerima melalui surat keputusan resmi.
“Saat ini sudah ada 69 KWT yang aktif menjalankan program P2B, dan 20 KWT lainnya masih dalam proses pengajuan,” kata Hamsah.
“Setiap pelaksanaan program di lapangan didampingi langsung oleh penyuluh pertanian lapangan.”
CIFOR-ICRAF Indonesia turut memberikan bimbingan teknis (bimtek) kepada kelompok penerima manfaat berupa pelatihan teori dan praktik budidaya tanaman sayuran skala rumah tangga. Materi yang diberikan mencakup persiapan lahan, pembuatan pupuk organik, pestisida alami, dan pembenihan mandiri.
Bimtek ini dilaksanakan sejak Juli hingga September 2025, dimulai dari Kecamatan Kahu, wilayah dengan jumlah penerima manfaat terbanyak dan menjangkau 40 desa di Kabupaten Bone.
Peneliti senior CIFOR-ICRAF Indonesia, Betha Lusiana, menyebutkan bahwa dukungan ini merupakan bagian dari rangkaian riset-aksi Land4Lives atau #LahanuntukKehidupan, yang didukung oleh Pemerintah Kanada.
“Kami mendukung kegiatan P2B sebagai upaya menyebarluaskan pembelajaran dari Land4Lives tentang pertanian cerdas iklim dan pengelolaan kebun dapur yang berkelanjutan,” ujar Betha.
Menurutnya, petani pelopor dapat menjadi ujung tombak dalam penyebaran praktik pertanian berkelanjutan kepada petani lain. Mereka berpotensi berperan sebagai penyuluh swadaya di tengah keterbatasan tenaga penyuluh pertanian lapangan.
“Dana desa bisa diarahkan untuk pelatihan pertanian cerdas iklim dengan melibatkan petani pelopor dan Tapak Percontohan Pertanian Cerdas Iklim (TP2CI) yang kami inisiasi bersama kelompok belajar petani,” tambahnya.












