Beranda Politik Sambangi IAS, Ali Ngabalin: Saya Sedih Demokrat Zalimi Sodara Saya!

Sambangi IAS, Ali Ngabalin: Saya Sedih Demokrat Zalimi Sodara Saya!

HERALDMAKASSAR.COM – Juru Bicara Presiden, Ali Mochtar Ngabalin, dalam kunjungannya ke Makassar, berkesempatan menyambangi tokoh politik Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin di kediamannya, Senin 4 April 2022.

Kunjungan mantan anggota DPR RI dua periode ini dalam kapasitas sebagai sahabat IAS. Dia terang-terangan menyebut datang untuk menunjukkan rasa prihatin atas dinamika Demokrat Sulsel.

“Saya sangat prihatin. IAS ini dizalimi di Demokrat. Tokoh sekelas IAS jika dizalimi tentu banyak yang bersedih. Termasuk saya. Jadi sebagai sahabat saya datang tunjukkan rasa prihatin saya,” ujar Ali Ngabalin di sela-sela buka puasa bersama IAS dan keluarga.

Selaku sahabat, Ali mengaku mengikuti seksama segala hal yang berkaitan dengan IAS di Sulsel. Termasuk dinamika politik yang dijalani IAS.

“Sebagai warga Sulsel, saya termasuk yang susah mencerna  dengan akal sehat dinamika yang berujung pada gagalnya IAS memimpin Demokrat. Karena setahu saya yang namanya partai politik selalu butuh figur ketua yang punya basis massa yang jelas, terukur, dan nyata,” sambung Ali.

Penzaliman nyata yang dialami IAS oleh Demokrat disebut Ali adalah skenario Tuhan menghindarkan IAS dari lembaga politik yang tidak bisa menghargainya.

“Jadi tidak usah risau sahabatku. Boleh jadi sesuatu yang kita tidak senangi itu adalah baik untuk kita. Karena Allah swt yang maha tahu. Sabar dan salat kuncinya,” pintanya kepada IAS.

Penzaliman yang dimaksudkan Ali juga disuarakan sejumlah kader Demokrat dan masyarakat Sulsel secara luas.

Putusan IAS tetap di Demokrat mengabaikan penzaliman yang dialaminya. Maklum, keputusan DPP menunjuk Ni’matullah sebagai ketua Demokrat dipertanyakan sejumlah pihak. Baik kader Demokrat ataupun masyarakat Sulsel lebih luas.

Pada Musda lalu, IAS mengumpulkan suara lebih banyak dibandingkan Ulla. 16 berbanding 8 suara dari 24 DPC se-Sulsel. Pada momen yang sama, Laporan Pertanggungjawaban (LPj) Ulla juga ditolak oleh forum Musda lalu.

Jika saja status IAS sebagai mantan narapidana KPK yang menjadi persoalan, sesungguhnya DPP sudah menggunakan standar ganda dengan penetapan Ketua Demokrat Sulut yang juga sempat berstatus sama.

Apalagi rapor Ulla saat memimpin Demokrat selama 6 tahun juga sangat jeblok. Suara partai turun, angka legislatif merosot di semua tingkatan.

Menanggapi Ali, IAS berterima kasih sudah disambangi. “Pertemanan dengan beliau memang panjang. Bgitulah seharusnya sahabat,” tutup IAS. (*)