Beranda Headline News IPW: Polisi Sibuk Gerebek Sarang Teroris, Tapi Kebobolan di Mabes Polri

IPW: Polisi Sibuk Gerebek Sarang Teroris, Tapi Kebobolan di Mabes Polri

JAKARTA – Serangan teroris ke jantung Polri, mengindikasikan adanya pola baru terorisme di Indonesia dalam menjalankan aksinya.

Untuk itu Indonesia Police Watch (IPW) berharap Polri mencermati fenomena ini. IPW melihat dalam fenomena ini bos teroris ingin menunjukkan dua hal kepada publik.

Pertama, kelompok teroris kini punya pasukan khusus, pasukan “Inong Baleh”.

“Sama seperti saat pasukan GAM disisir habis oleh Polri dan TNI di era konflik Aceh, mereka mengedepankan pasukan perempuan atau “Inong Baleh”,” kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane melalui keterangan tertulis, Kamis (1/4).

Menurut Neta, kelompok teroris sepertinya meniru apa yang dilakukan GAM. Aaat para teroris disisir habis oleh Polri, kini mereka menurunkan pasukan perempuan (Inong Baleh).

Setelah serangan di gereja di Makassar, pasukan “Inong Baleh” masuk ke jantung Polri dan melakukan serangan yang mengagetkan dari dalam kompleks Mabes Polri.

“Kedua, bos teroris ingin menunjukkan bahwa pasukan “Inong Baleh” mereka lebih nekat,” kata Neta.

Dengan kemampuan seadanya dan tanpa paham “medan pertempuran” pasukan “Inong Baleh” teroris nekat melakukan serangan dari dalam Mabes Polri.

Artinya teroris menunjukkan teori baru, serangan tidak dari luar tapi dari dalam.

Para teroris ingin menunjukkan ke publik bahwa inilah pertama kali dalam sejarah bahwa Mabes Polri bisa diserang teroris dari dalam.

Para teroris ingin menunjukkan betapa lemahnya sistem keamanan Mabes Polri di era Kapolri Sigit.

Di saat Polri sedang sibuk melakukan penggerebekan ke sarang teroris di berbagai tempat justru markas besarnya malah kebobolan dari dalam.

IPW menilai, baik serangan di Makassar maupun di Mabes Polri masih dalam tingkatan peringatan atau ujicoba bahwa akan ada serangan besar yang akan dilakukan bos teroris.

Untuk itu Polri harus segera mencari dan menangkap bos teroris itu. Sebab bagaimana pun, baik serangan di Makassar maupun di Mabes Polri ada pihak yang mengendalikan dan tidak mungkin pelaku bekerja sendiri.

Dalam kasus serangan di Mabes Polri, pihak kepolisian perlu menjelaskan, apa jenis senjata yang digunakan pelaku, benarkah Air Soft Gun.

“Benarkah pelaku berhasil melepaskan enam tembakan,” kata Neta.

Lalu bagaimana senjata itu bisa masuk ke dalam Mabes Polri? Dengan siapa pelaku bertemu di dalam Mabes Polri sehingga pelaku bisa mendapatkan senjata dan melakukan serangan dari dalam.

Melihat mulusnya strategi serangan di Mabes Polri ini bukan mustahil kelompok teror ini sedang menyiapkan serangan baru yang lebih besar.

Inilah yang perlu diantisipasi semua pihak agar rencana serangan itu bisa dipatahkan.

“IPW menilai serangan ini tak terlepas dari dendam kesumat kelompok teror terhadap kasus penembakan laskar FPI di KM 50 Tol Cikampek yang hingga kini belum selesai penanganannya,” pungkas Neta.

(****)