MAKASSAR – Pendukung pasangan calon (paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto- Fatmawati Rusdi (Danny-Fatma) diduga kembali melakukan tindakan premanisme terhadap pendukung calon lain.
Hal tersebut menimpa seorang ibu rumah tangga (IRT) bernama bernama Siti Roslin Rusli (30), yang juga merupakan pendukung Paslon Syamsu Rizal-Fadli Ananda (Dilan).
Tim pemenangan Dilan, Pepy Ufriyanti yang juga Koordinator Kecamatan Biringkanaya menceritakan kejadian itu bermula saat korban mengantar ibunya Rajja Lawang (Ketua RT) menghadiri undangan Paslon nomor urut 1 Danny-Fatma di Villa Danny Pomanto (DP) di Tokka Moncong Loe Kabupaten Maros, Sabtu, (14/11/2020) sore.
“Kejadiannya itu saat Koordinator Kelurahan (korban) mengantar ibunya yang juga ketua RT menghadiri undangan Pak Danny. Semua RT/RW diundang tadi. Koordinator Kelurahan (Korlu) saya ini memang setiap hari itu mengantar orang tuanya karena ortunya tidak bisa bawa kendaraan. Nah RT RW mendapat undangan dari pak Dany di Villanya Tokka Maros,” jelasnya menceritakan kronologis kejadian berdasarkan keterangan dari korban.
Ia mengatakan, korban itu kapasitasnya hanya mengantar orang tuanya, otomatis tidak bisa naik ke lokasi (Villa) pertemuan. “Hanya sampai di parkiran, nama orangtuanya Ibu Raja Lawang (ketua RT),” sambungnya menjelaskan.
Pepy menambahkan bahwa kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 16.00 WITA usai salat Ashar. Sambil menunggu ibunya menghadiri undangan Paslon berakronim Adama ini, Nurlina, sapaan korban bersama anak kecilnya menunggu di area parkiran.
“Nah saat menunggu di parkiran kebiasaannya setiap berada di luar rumah itu dia ditelpon oleh suaminya karena suaminya saat ini sedang di Palu Sulteng. Jadi, dia merekam gambar lokasi tempat dia berada, untuk dikirimkan suaminya. Tetapi sebelum selesai merekam dia dipergoki oleh tim pak Danny empat orang, kedua tangannya dipegang masing-masing dua orang. kemudian HP-nya dirampas, lalu dia diseret ke kamar mandi,” jelasnya.
Empat orang pengawal atau penjaga vila milik Danny Pomanto itu, lanjutnya tanpa rasa perikemanusiaan menyeret korban yang adalah seorang ibu yang lemah. Menurut Pepy, korban bersama anak kecilnya mengalami tekanan psikologis yang membuat korban bersama anaknya trauma dan ketakutan.
“Namanya ibu-ibu apalagi ada anak kecilnya diperlakukan seperti pencuri pasti dia syok dan trauma. HP-nya dirampas kemudian diperiksa semua histori panggilan siapa-siapa yang dihubungi. Korban juga dicaci maki di hadapan banyak orang, yang sangat disayangkan ada banyak orang di sana tetapi tidak ada juga yang tengahi, hanya dilihatin,” jelasnya lagi sambil menambahkan bahwa korban menjalani visum et repertum di RS Salenwangan, Maros.
Dia mengatakan, Apakah wajar ibu-ibu diperlakukan seperti itu, dia seorang ibu-ibu bersama anak kecilnya diseret sama empat orang laki-laki berbadan kekar.
“Saya sebagai koordinator kecamatan harus membela tim saya, tetapi kami tidak arogan, kami tetap menempuh jalur hukum,” katanya.
Saat dikonfirmasi, Pepy tengah mendampingi korban melaporkan peristiwa tersebut ke Polres Maros. Pasalnya, pasca kejadian korban bersama anaknya trauma. Atas kejadian itu juga, ibu korban, Raja Lawang yang juga merupakan Ketua RT di RW 4 BTN Mangga III Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya tidak mengikuti pertemuan tersebut dan langsung kembali ke rumahnya sambil menunggu proses hukum. (**)