Beranda Sulsel Laksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dosen Keperawatan FKM UMI Serukan Perangi Penyakit...

Laksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dosen Keperawatan FKM UMI Serukan Perangi Penyakit TB Dimasa Pandemi

HERALDMAKASSAR.COM – Tim Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKM UMI yaitu Safruddin S.Kep., Ns M.Kep., dan Rahmat Hidayat S.Kep., melaksanakan pelatihan dengan tema “Pemberdayaan Kader Pengawas Minum Obat (PMO) pada Pasien Tubercolosis (TB)”. Kegiatan tersebut di laksanakan di Puskesmas (PKM) Bontonompo II Kabupaten Gowa, Kamis 22 Oktober 2020.

Pelatihan tersebut di buka secara resmi oleh Kepala PKM Bontonompo II dan dihadiri oleh seluruh kader kesehatan di kecamatan Bontonompo serta organisasi pemerhati TB Aisyiyah dan Muhammadiyah Kabupaten Gowa.

“Kecamatan Bontonompo terdiri dari 11 desa 3 kelurahan dan Telah terbentuk posko penanggulangan TB di Desa dan kelurahan,” ujar kepala PKM Nursyamsi SKM., M.Adm., Kes.

“Program penanggulangan TB dimasa pandemi Covid-19 ini memang kurang berjalan seperti biasa karena seluruh personil di PKM fokus dalam penanganan pandemi Covid-19 sekaligus memberikan pelayanan yang maksimal di PKM selama masa pandemi ini, namun tim penananganan Penyakit TB tetap melaksanakan tugasnya dengan langsung melakukan kunjungan ke rumah pasien TB sehingga tidak terjadi putus obat. Kekeliruan Informasi yang terjadi dimasyarakat juga merupakan awal masalah sehingga terkadang terjadi penolakan terhadap tim kesehatan PKM yang terjun langsung kemasyarakat,” tambahnya.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan pelatihan yang dilaksankan oleh UMI ini dan  berharap UMI dapat bersinergi dengan kami yang klo bisa di tandai dengan MOU kerja sama,” jelasnya.

Dalam sambutannya, Safruddin tak lupa mengucapkan terima kasih kepada PKM Bontonompo.

“Terimakasih kepada PKM Bontonompo II karena telah menerima kami dan memfasilitasi kami sehingga dapat bertemu dengan seluruh kader TB serta Lembaga pemerhati TB yang ada di Bontonompo”.

“InsyaAllah kami dari UMI senantiasa siap untuk bersinergi guna terlibat aktif dalam penanggulangan penyakit yang terjadi di Bontonompo pada khusunya dan di kabupaten Gowa pada Umumnya,” tambahnya.

Dalam diskusi Pelatihan tersebut Para kader mengungkapkan hambatan mereka pada saat ke masyarakat, dimana masyarakat enggan untuk datang ke PKM karena takut di vonis Covid-19, pas di datangi oleh petugas kesehatan dan kader terkadang ada yang menolak kehadiran mereka.

“Hal tersebut sangat memprihatinkan,” sambung kader. Akibatnya, mereka yang menolak tidak mendapatkan penanganan.

Dalam kegiatan pelatihan tersebut, Tim pengabdi menjelaskan bahwa Penyakit TB adalah penyakit yang dapat disembuhkan jika penderita melakukan pengobatan dan menelan Obat Anti TB (OAT) secara teratur selama enam bulan. Penjelasan terkait penyakit TB, penyebab, proses penularan, pencegahan, Pengobatan, Pendampingan PMO TB, dan penguatan Kader Peduli TB di masyarakat merupakan topik pembahasan dalam pelatihan tersebut.

Tim Pengabdi juga memberikan Tips kepada para kader sehingga pada saat ke masyarakat yang diduga TB, kader dapat diterima dan edukasi dapat dilaksanakan. Tips pertama yaitu mengidentifikasi keluarga pasien TB yang dianggap sebagai tokoh yang dituakan dalam keluarga kemudian memberikan edukasi kepada yang bersangkutan terkait penyakit TB itu sendiri dan kondisi pasien TB tersebut. Tips kedua yaitu bersama-sama dengan keluarga pasien tersebut untuk memberikan edukasi kepada pasien, harapannya yakni dengan kehadiran keluarga pasien tersebut penolakan tidak terjadi sehingga edukasi dan penanganan penyakit TB dapat dilaksankan.

Kader juga diharapkan setelah pelatihan ini memampu melatih satu orang keluarga terdekat pasien untuk menjadi PMO Pasien TB tersebut sehingga tidak terjadi Pasien Putus Obat. Pasien putus obat ini sangat beresiko menjadi Tubercolosis Resisten Obat (TBRO) dimana kuman TB kebal terhadap obat yang digunakan untuk mengobati TB. Kondisi Ini menunjukkan bahwa obat anti TB (OAT) yang biasa diberikan pada pasien TB tidak bisa lagi membunuh bakteri TB. Yang akhirnya pengobatan TBRO ini lebih sulit dibandingkan pengobatan OAT selama 6 bulan tersebut.

Akhir materi pelatihan ditutup dengan mengutip Hadis HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (orang lain)”.

“Banyak terimakasih serta bangga kepada seluruh kader yang senantiasa hadir dan siap menjadi ujung tombak di masyarakat guna memerangi penyakit TB ini,” pungkas Rahmat Hidayat selaku pemateri pelatihan tersebut.