HERALDMAKASSAR.com – Mantan Anggota DPR RI, Akbar Faizal, mengungkapkan pandangan singkatnya mengenai sosok Danny Pomanto (DP), mantan Wali Kota Makassar yang kembali maju pada Pilwalkot Makassar 2020. Meski berasal dari partai yang sama dan DP diusung Nasdem, Akbar secara terbuka menyampaikan kritik terhadap jagoan partainya.
Dalam podcast kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, belum lama ini, ia menyebut DP merupakan wali kota yang tidak berbuat apa-apa untuk Kota Makassar. Di mata politikus Nasdem itu, pendamping Fatmawati Rusdi itu hanya menjual jargon keberhasilan tanpa bukti. Tak ada karya monumental yang bisa dikenang selama kepemimpinan DP pada periode 2014-2019.
“Itu (DP) selalu menjual jargon-jargon keberhasilan, meskipun kita tidak melihat apa-apa dari situ,” kata Akbar yang berdiskusi dengan pengamat politik Rocky Gerung pada acara podcastnya kala itu.
Akbar lantas meminta pandangan Rocky Gerung soal bagaimana publik harus menyikapi sosok pemimpin seperti DP. Menurut Rocky, apa yang dilakukan DP yang menjual jargon keberhasilan, khususnya janji lama kepada warga Makassar merupakan hal ajaib. Yang lebih buruk bila tidak ada kampanye negatif terhadap sang petahana terkait capaian pembangunannya.
“Saya tidak mengamati secara persis. Tetapi kalau kita evaluasi, saya baca koran, macam-macam tuh, termasuk soal Makassar. Jadi, terlihat yang ingin dipromosikan adalah janji yang dulu. Membuktikan keberhasilan dengan janji yang dulu. Kan ini ajaib,” kata Rocky.
“Yang lebih buruk lagi kalau tidak ada negative campaign terhadap beliau. Karena beliau sebagai petahana yang ingin maju lagi, justru dia mesti dinyatakan sebagai tidak berhasil. Dengan memperlihatkan kontras dari kebijakannya. Orang yang pernah mengelola kebijakan publik, dia memang adalah sasaran negative campaign,” sambungnya.
Kritikan terhadap kegagalan DP memimpin Kota Makassar sudah banyak digaungkan oleh sejumlah tokoh. Bahkan, mantan anak buahnya seperti mantan Sekretaris Kota Makassar, Ibrahim Saleh serta mantan Kadis Perikanan dan Pertanian Makassar Abdul Rahman Bando yang kini menjadi rivalnya di Pilwalkot Makassar 2020.
Ibrahim sebelumnya mengungkap kegagalan DP dalam mengimplementasikan sejumlah program dikarenakan manajemen dan gaya kepemimpinannya. DP dikenal terlalu individualistik, dimana dirinya tak memberikan peran dan ruang kepada para pembantunya, seperti wakil wali kota, sekkot, asisten dan kadis.
“Di era kepemimpinan DP selaku wali kota, sistem pemerintahan memang tidak berjalan sesuai regulasi pemerintahan yang ada. Banyak fungsi dan peran terpotong. Misalnya peran wakil wali kota kurang optimal karena tertutup, bahkan bisa dibilang terkunci oleh pola manajemen dan gaya kepemimpinan wali kota kala itu,” ujarnya.
“Jadi bukan pembantu wali kota menjadi penyebab kegagalan program Pemkot Makassar. Penyebab utamanya adalah gaya kepemimpinan wali kota yang tidak mempercayai dan mendelegasikan sebagian kewenangan dan tanggung jawab kepada staf atau pembantunya,” tukas Ibrahim. (Rls)