Beranda Headline News Pengakuan Mantan Wakapolres Takalar: Cewek Itu yang Coba Pegang Penis Saya Kok

Pengakuan Mantan Wakapolres Takalar: Cewek Itu yang Coba Pegang Penis Saya Kok

HERALDMAKASSAR – Mantan Wakapolres Takalar Kompol N, akhirnya membuat pengakuan terkait tuduhan pelecehan seksual. Pengakuan Kompol N ini direkam lalu rekamannya beredar di publik.

Dalam rekaman itu, Kompol N membantah semua tudihan yang dialamatkan padanya. Ia justru menyebut dirinya sebagai korban.

Lalu bagaimana kronologi kwjadian itu? Berikut menurut versi Kompol N:

“Dari Polda ini, saya diambil keteranganku sehubungan ada ini dan mungkin kita liat itu di medsos. Saya dibilang melakukan pelecehan seksual terhadap seorang perempuan. Tapi itu sebenarnya hal yang tidak benar. Jadi dari kejadian itu saya bisa bercerita sedikit,” kata N lewat rekaman suara.

N mengemukakan bahwa kasus pelecehan seksual yang dilaporkan PAK terhadap dirinya di Polda Sulsel terjadi di ruangannya, pada Jumat (2/10/2020).

N mengatakan kejadian itu berawal saat dirinya mendapat panggilan telepon dari seorang perempuan yang mengaku bernama perempuan berinisial PAK.

Dalam panggilan telepon tersebut, PAK menanyakan keberadaan N.

Sebelum menjawab, N kemudian berbalik bertanya kepada PAK yang menelepon dirinya tersebut.

“Dia menanyakan keberadaan saya. Dia bilang lagi di mana ki? Jadi saya sebelum menjawab tentang pertanyaan itu, saya tanya balik dulu, saya bilang ini dengan siapa? Dia bilang saya dengan Putri Ayu,” ungkap N.

Dari situ N, kemudian kembali bertanya kepada PAK, terkait keperluan perempuan itu menelepon N. Lewat sambungan telepon, kata N, PAK mengaku bahwa ingin bertemu dengan N untuk mengurus keperluan dalam mengenai pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM).

Mendengar pengakuan itu, N kemudian mengatakan bahwa dirinya tengah berada di dalam ruangan kerjanya yang tak lain adalah ruangan Wakapolres Takalar. N pun dapat ditemui oleh PAK di ruangan tersebut.

“Dia bilang saya mau urus SIM ini, bisa saya ke ruangan. Jadi saya jawab bahwa bisa, karena masa saya bilang tidak bisa. Karena saya ini selaku pelayan masyarakat dan bukan hanya dia yang biasa minta ke ruangan,” jelas N.

Setelah tiba di depan ruangan Wakapolres Takalar, PAK langsung dipersilahkan masuk dan duduk di sebuah kursi yang terdapat di dalam ruangan itu.

“Kayaknya waktu menelpon, dia (PAK) sudah ada di lingkungan Polres itu. Karena tidak lama dia datang betul, dan masuk di ruangan saya. Jadi saya persilahkan duduk,” ujar N.

Di dalam ruangan, N bertanya kepada PAK, mengenai SIM apa saja yang ini diambil perempuan itu.

“Dia bilang SIM A dengan C. Jadi dia tanya lagi berapa kira-kira itu biayanya,” kata dia.

N mengaku tidak dapat memastikan terkait berapa banyak ongkos biaya pembuatan SIM yang harus dikeluarkan PAK. N beralasan takut salah jika dirinya langsung memastikan jumlah biaya pembuatan SIM.

Sebab itu, N mengarahkan PAK untuk langsung mendatangi ruangan pembuatan SIM yang berada di Polres Takalar untuk mendapat kepastian biaya pembuatan SIM.

Hanya saja, PAK tidak langsung meninggalkan ruangan Wakapolres Takalar. Ia tetap duduk di dalam ruangan, dan melanjutkan percakapan bersama dengan N.

Menurut N, saat berduaan di dalam ruangan, PAK justru mengalihkan pembicaraan dan tidak lagi menyinggung mengenai persoalan pembuatan SIM.

Dalam percakapan empat mata tersebut, PAK justru menyanjung dan mengagumi sosok N yang dapat menjabat sebagai Wakapolres Takalar.

Terlebih lagi, karena N yang mendapatkan jabatan tersebut ditugaskan di kampung halamannya sendiri.

“Jawabannya dia (PAK) pada saat itu bahwa iya, nanti saya ke situ (ruang pembuatan SIM) karena saya juga ini hanya sekedar tanya-tanya saja berapa biayanya. Saya pikir saya sudah kasih jawaban seperti itu, dia pulang. Tapi ternyata dia masih nyambung-nyambung ceritanya tentang membanggakan saya bahwa syukur kita punya hidup. Kita jadi Wakapolres di kampung sendiri,” kata dia.

“Jadi saya jawab, ya harus memang saya syukuri yang namanya rezeki itu kita syukuri,” N menambahkan.

Lebih lanjut, N menerangkan bahwa ketika berada di dalam ruangan, PAK juga mencari tahu terkait di mana saja tempat N pernah bertugas sebelum menjabat sebagai Wakapolres Takalar.

. “Dia bilang sebelum di sini Wakapolres, kita pernah tugas di SPN ya? Saya bilang iya. Dia bilang berapa lama kita di SPN situ? Saya bilang kurang lebih tiga tahun,” terang N.

Setelah mendengar pengakuan N, PAK memastikan bahwa N memiliki banyak pacar selama bertugas di SPN, Kota Makassar dahulu.

Apalagi, menurut PAK, N merupakan lelaki yang gagah dan mampu memikat para wanita.

“Dia bilang pasti banyak cewe kita di Makassar ya, karena kita orang gagah. Dia bilang lagi saya saja yang melihat kita (N) gagah,” tutur N.

Tak hanya sekedar memuji, di dalam ruangan PAK kemudian bangkit dari kursinya dan mendekati N. Tanpa pikir panjang, PAK langsung memeluk N yang berada di hadapannya.

“Jadi saya langsung ih, kenapa begini ini perempuan? Maksudnya kenapa dia mendekati saya. Kenapa tadi kita bilang mau urus SIM tapi jadinya seperti ini?,” terang N.

Selain memeluk, PAK ternyata juga menyuruh N untuk duduk di kursi dan hendak mencoba untuk memegang alat kelamin N.

“Dia mau memegang saya punya kelamin tapi saya langsung tepis tangannya. Saya bilang jangan. Kenapa begini? Jadi saya bilang lebih baik anda pulang, tapi dia pada saat itu dia masuk ke WC. Saya tidak tahu apa yang dilakukan di WC. Langsung saya juga buka pintu,” kata dia.

Setelah keluar dari toilet, N menyuruh PAK untuk meninggalkan ruangannya. Namun, sebelum benar-benar angkat kaki dari ruangan tersebut, PAK menawarkan N untuk kembali bertemu di Makassar.

“Waktu dari WC, saya sudah persilahkan pulang. Tapi sebelum dia pulang, sempat dia (PAK) katakan ke saya bagaimana kita ketemu besok di Makassar. Jadi saya bilang nanti kita lihat kalau ada kesempatan ya. Jadi itu hari seperti itu kejadiannya,” jelas N.

Dengan semua perlakuan PAK, N menduga bahwa perempuan yang mengaku-ngaku ingin membuat SIM itu punya niat jahat kepadanya. Oleh karena itu, hingga kini N tidak pernah menemui PAK yang mengajaknya untuk kembali bertemu.

“Saya jadi berpikir karena ini perempuan kayaknya apa ada yang suruh atau dia sendiri. Jadi dia mau berbuat jahat ke saya ini kalau begini, makanya saya jadi tidak ada niat untuk bertemu karena dengan melihat kelakuannya ini, bahaya ini perempuan karena dia sangat agresif ke saya karena bukan saya yang agresif ke dia. Jadi itu yang terjadi ya,” katanya.

Dari situ, N pun membantah segala tuduhan yang dilaporkan PAK terkait dirinya telah melakukan pelecehan seksual.

Belum lagi, pelecehan yang dilaporkan PAK tersebut, lokasinya terjadi di ruangan kerjanya yang kerap dikunjungi orang-orang untuk mengurus suatu keperluan.

“Itu yang saya suruh dia (PAK) mengisap alat kelamin saya. Itu adalah hal yang tidak benar. Karena kenapa? Kalau memang ada perencanaan saya mau begitu, kenapa tidak saya ajak ke tempat lain. Terus saya sadari di situ bahwa itu adalah ruangan kerja,” katanya.

“Kedua itu ruangan kerja saya, orang kan datang keluar masuk, kita tidak tahu. Karena hampir tiap hari datang keluar masuk dengan berbagai kepentingan. Jadi itu tidak masuk akal saya mau melakukan seperti itu di ruangan. Karena saya anggap itu tempat umum. Apalagi di depan ruangan saya itu ada CCTV,” sambung N.

N menegaskan pelecahan tersebut tidak mungkin ia lakukan. Sebab, selama ini N sama sekali tidak kenal dengan PAK, apalagi memiliki hubungan khusus dengan perempuan yang melaporkannya itu.

“Ketiga ini perempuan juga saya baru ketemu. Saya tidak tahu karakternya ini perempuan, masa saya mau ajak begitu,” katanya.

(HM)