HERALDMAKASSAR.COM – Sebagai kota Metropolitan, Makassar masih memiliki lahan persawahan dan perkebunan.
Data dari Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) kota Makassar, luas lahan persawahaan di tahun 2019 ini mencapai 300 Hektare yang tersebar di sejumlah wilayah.
Salah satunya lahan persawahaan yang masih cukup luas ini ada di Kelurahan Bakung, Kecamatan Biringkanaya.
Hanya saja potensi pertanian di Makassar khususnya untuk wilayah Bakung belum terlalu diperhatikan.
Salah satu petani di Bakung, Agus, mengatakan jika masalah yang kerap dihadapinya bersama petani-petani lainnya tiap tahun yakni kesulitan air jika memasuki musim kemarau.
Agus yang mewakili petani lainnya di Kelurahan Bakung ini menyampaikan keluhannya tersebut kepada Calon wakil Wali kota Makassar, Abd Rahman Bando, saat kampanye tatap muka di Kampung Cedde RT 03 RW 05, Kelurahan Bakung, Kecamatan Biringkanaya, Kamis (1/10/2020).
“Persoalan petani di sini kesulitan memperoleh air di musim kemarau karena minimnya pompa dan sumber air,” ungkapnya.
Kesulitan yang dialami para petani itu pun menurut Rahman Bando semestinya tak terjadi jika Pemerintah bisa lebih memperhatikan kebutuhannya.
Sebagai mantan Kepala Dinas Kelautan Perikanan Pertanian Peternakan (DKP3) dan juga menjabat Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) kota Makassar sebelum pensiun, Rahman Bando mengatakan bahwa dirinya sudah memberikan dan menyalurkan sejumlah bantuan tersebut di beberapa lokasi.
Meskipun ia akui jika penyebarannya belum dinikmati oleh seluruh petani yang ada di Makassar.
“Di Bakung ini banyak petani yang mungkin pernah saya kirimi bantuan, seperti traktor, penyemprot, bibit padi, pupuk, yang terakhir sebelum saya pensiun itu saya bagikan kartu tani, saya usulkan itu 4 ribu tapi belum turun semuanya, itu bisa digunakan untuk membeli pupuk bersubsidi,” tuturnya.
Terkait dengan persoalan minimnya air untuk persawahan di saat musim hujan, bagi calon Wakil Wali kota nomor urut dua itu memang dibutuhkan membangun sumur pompa.
“Kalau ada sawah yang tidak ada airnya dan hanya mengandalkan tadah hujan memang dibutuhkan sumur pompa, dibeberapa tempat sudah kita bangun seperti di Paccerakang itu dan smapaikan ki’ ke Dinas untuk dibantu,” sambungnya.
Keluhan-keluhan seperti itu menurut Rahman Bando akan lebih cepat teratasi jika dirinya bersama Munafri Arifuddin bisa terpilih nantinya.
Menurutnya ia sudah tahu betul apa yang menjadi kebutuhan petani dan untuk Pemerintahan kota Makassar tidak sulit untuk mewujudkan itu jika yang memimpin nantinya sudah paham atas kebutuhan masyarakat ini.
“Insyaallah kalau kami terpilih karena saya sudah tahu apa kebutuhannya masyarakat tidak perlu lagi terlalu repot kita mengajukan lalu bisa ditahu, karena kalau petani kalau sudah ada lahannya maka kebutuhan berikutnya adalah air untuk sawah maupun kebun, airnya ada kita butuh lagi pupuk, kita butuh benih, kita butuh alat pengolahan lahan berupa traktor dan juga bisa menggunakan alat tanam sawah namanya transpanen, kita butuh alat panen, kalau sawahnya luas kita butuh mesin itu,” terangnya.
Tak hanya masalah pertanian, Rahman Bando juga menerangkan bahwa dalam situasi pandemi Covid-19 ini masyarakat makin terbebani secara ekonomi.
Sehingga ia bersama Munafri pun berkomitmen untuk mengurangi beban masyarakat dengan merumuskan ulang terkait dengan retribusi dan pajak.
“Insyalaah iuran sampah itu akan kita hapuskan, dan ada pajak-pajak lain seperti PBB misalnya yang akan kita turunkan dan pajak lain yang dinormalisasi kembali agar tak menjadi beban di tengah perekonomian yang serba sulit ini,” tutupnya.
Menyambung dari pernyataan Rahman Bando itu, Agus sebagai perwakilan warga pun mengaku bahwa program yang disampaikan ini merupakan kebutuhan dari masyarakat.
Sehingga menurutnya program Appi-Rahman realistis dan tidak mengada-ada.
“Menurut kami semua program yang disampaikan pak Rahman sudah sangat pro dengan kami seperti penggratisan angkut sampah, menormalkan kembali Pajak PBB, hingga meratakan insentif RT dan RW tanpa indikator-indikator,” ungkapnya.(*)