HERALDMAKASSAR.com – Dinamika electoral kian dinamis jelang penetapan pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Makassar, 26 September mendatang. Saling klaim elektabilitas juga terus terjadi.
Menanggapi dinamika elektoral ini, Direktur Eksekutif Parameter Publik Indonesia, Ras Md angkat bicara.
Mantan Manajer Pemenangan di PT LSI ini menjelaskan bahwa kondisi elektoral menuju penetapan kian dinamis. Walaupun demikian dinamis, namun tidak mengubah semangat awal bahwa mayoritas publik Makassar menginginkan wali kota baru.
“Bahwa mayoritas masyarakat Makassar menginginkan wali kota baru ini sebenarnya sudah terkuak lewat data 2019 lalu,” kata Ras Md, Minggu (20/9/2020).
Publikasi hasil survei ini sempat digelar di salah satu hotel di Makassar pengujung 2019 lalu. Dan, sambung Ras, hingga saat ini spirit warga Makassar menginginkan wali kota baru diyakini belum ada perubahan.
“Hanya saja, harus diakui bahwa angka electoral petahana belum bisa terlampaui oleh para penantangnya, meski selisihnya semakin mendekati,” ucapnya.
Mengapa? Ras menuturkan, merujuk pada data terbaru yang dikantongi Parameter, konsentrasi publik Makassar yang menginginkan wali kota baru, belum begitu solid di salah satu figur penantang.
“Karena belum solid, maka posisi di minus 3 bulan jelang pemilihan, belum satupun figur yang sanggup menyalip posisi DP sebagai petahana. Tapi saat para penantang ini berhasil melakukan kerja ekstra tentu posisi electoral akan berubah drastis,” tambahnya.
Merujuk pada data baru itu juga, posisi pertarungan dua besar masih diisi oleh pasangan Danny Pomanto-Fatmawati Rusdi dan Deng Ical-Fadli Ananda (Dilan).
“Memang secara posisi, sejak dari awal di data kami, Deng Ical sangat konsisten di urutan kedua setelah DP. Bahkan trend Deng Ical semakin meroket setelah ia berpasangan dengan Fadli Ananda. Makanya, selisih sudah mendekati margin error,” sambungnya.
DP dan Dilan bisa konsisten di urutan teratas, menurut Ras, juga disebabkan faktor karakter pemilih keduanya yang punya kemiripan.
Karakter pemilih mereka berdua tergolong sama. Berasal dari kelompok yang memiliki base pemilih hingga 65 persen. Kelompok pemilih rasional ini cenderung menjatuhkan pilihan karena alasan berpengalaman
“Alasan keterpilihan DP, mayoritas karena alasan berpengalaman. Nah begitu juga Deng Ical. Alasan keterpilihannya selain karena faktor psikologis yang nyaris sempurna, seperti sombere’ dan baik hati, juga tercitrakan berpengalaman karena mantan wakil wali kota, mantan Plt wali kota, bahkan pernah menjadi anggota DPRD,” tegas Ras.
Ras melanjutkan, setelah figur Ical, yang menjadi alternatif sesungguhnya adalah None, bukan Appi. “Kenapa ke None? Karena pemilih rasional ini paham None berpengalaman karena berlatar belakang birokrat, sedangkan Appi murni pengusaha,” urainya.
Ras Md menakar bahwa pasangan IMUN, walaupun terlihat tenang, berpeluang membuat lompatan elektabilitas yang boleh jadi cukup signifikan. Bahkan boleh jadi kelak akan lebih melampaui pasangan Appi-Rahman.
Jadi, simpulnya, jika mengamati dinamika elektoral soal kebutuhan wali kota baru ini, pilihannya menjurus ke pasangan Dilan, dan alternatif selanjutnya ke IMUN. “Yang pasti bukan ke pasangan Appi-Rahman,” tandasnya. (*)