HERALDMAKASSAR.com – Capaian produsen minyak nasional, PT Pertamina (Persero) di semester pertama tahun 2020, tidak menggembirakan. Perusahaan berplat merah ini justru mengalami kerugian. Total kerugian mencapai 767,92 juta dolar AS atau setara Rp Rp 11,33 triliun.
Ekonom Sulsel, Bachtiar Maddatuang bisa memahami kerugian Pertamina, jika tata kelola seperti saat ini. “Pertamina wajib berdaulat, perusahaan ini harus menguasai dari hulu ke hilir. Hanya ini solusi agar Pertamina bisa keluar dari rugi,” ujar Bactiar.
Ketua STIEM Amkop Makassar ini berpendapat, jika Pertamina berdaulat, maka akan jadi lumbung pendapatan nasional. APBN akan surplus, dan tidak lagi dihantui defisit setiap tahunnya.
“Pemerintah harus merubah semua regulasi blok-blok migas dan diberikan ke Pertamina pengelolaannya secara utuh,” ujar Bachtiar.
Meruginya Pertamina di kuartal I tahun ini berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya di kuartal I. Tahun lalu, Pertamina tercatat membukukan laba bersih 659,96 juta dolar AS atau setara Rp 9,7 triliun.
(HM)