Beranda Headline News Supriansa, Mantan Aktivis yang Kini Dijagokan Pimpin Golkar Sulsel

Supriansa, Mantan Aktivis yang Kini Dijagokan Pimpin Golkar Sulsel

HERALDMAKASSAR.com – Nasib, tidak ada yang bisa menduga. Semua bisa berubah dalam sekejap. Inilah kehidupan. Ada kala di atas angin, tapi bisa juga terjungkir ke titik nadir. Sebaliknya juga begitu.

Supriansa menjadi contoh dari fase kehidupan yang tidak harus statis. Ia memulai aktivitasnya sebagai seorang aktivis. Bakat aktivisnya muncul sejak anggota Komisi III DP RI itu, menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Sejumlah aksi demostrasi di UMI saat itu, nyaris semua dikendalikan Supriansa. Hingga ia lulus dan mendapat gelar sarjana hukum, Supri tetap di jalur aktivis. Ia malah mendirikan Makassar Intelectual Law (MIL) sebagai wadah pergerakan.

MIL banyak berkecimpun di pendampingin hukum kaum marginal. Supri tampil membela para pencari keadilan yang tidak memiliki uang. Namanya, mulai mencuat ketika menangani sejumlah kasus. Ia mulai dilirik media cetak kala itu (media daring belum ada saat itu), sebagai narasumber. Namanya menghiasi surat kabar hampir setiap hari.

Seiring dengan itu, Supri mencoba peruntungan di dunia politik. Ia tertarik menjadi calon anggota legislatif dari Partai Demokrat. Sayangnya, pada pileg dua periode lalu, ia gagal ke Senayan.

Impian menjadi anggota parlemen, tak pupus. Kegagalan pertama, menjadi studi politik yang sangat berarti. Ia menganggap kegagalan itu sebagai laboratorium politik.

Hingga akhirnya, Pilkada Soppeng digelar. Supri ikut bertarung dengan mencalonkan diri sebagai wakil bupati mendampingi Kaswadi Razak. Ia pun memenangkan pertarungan. Kaswadi dan Supri yang akrab dengan tagline Akar Super tampil sebagai pemenang setelah head to head dengan besan Syahrul Yasin Limpo, gubernur Sulsel saat itu.

Hanya lebih dua tahun di pemerintahan, Supri memilih mundur. Ia mencoba pertarungan pileg di Dapil II. Padahal, semua tahu, dapil II adalah dapil neraka. Supri tak gentar, tetap pada komitmen awal mundur sebagai wakil bupati dan mencoba ikut nyaleg.

Di dapil II, ia bersaing SYL, Akbar Faizal, Aziz Qahhar Mudzakkar dan sejumlah istri bupati yang sedang berkuasa. Namun nasib berkata lain. Supri tetap melaju ke Senayan.

Disaat perebutan kursi ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Supri menyatakan siap maju. Ia mengembalikan formulir pendaftaran Selasa kemarin. Berbeda dengan 8 calon lainnya, Supri mengantongi surat sakti dari Ketua Umum DPP Partai Golkar. Surat sakti itu adalah menjadi diskresi ketum bagi kandidat yang tidak memenuhi syarat pencalonan. Dengan surat sakti itu, syarat pencalonan yang minimal menjadi pengurus 5 tahun, menjadi gugur.

(MAL )