Beranda Politik Elektabilitas Danny Terjun Bebas Jelang 9 Desember

Elektabilitas Danny Terjun Bebas Jelang 9 Desember

HERALDMAKASSAR.COM – Calon Petahana Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto (Danny) terancam kalah telak di pilwalkot 9 Desember 2020 mendatang. Pasalnya, elektabilitas arsitek ini jatuh bebas sebesar minus 9,5 persen dalam 6 bulan terakhir.

Fakta ini disampaikan Profetik Institute dalam ekspose surveinya di Hotel Trisula Makassar, Selasa (30/6).

“Elektabilitas Pak Danny mengalami tren negatif atau turun, dari 44,2 persen di Desember 2019, menjadi 39,6 persen di Februari 2020, dan sekarang tersisa 34,7 persen di Juni 2020,” kata Direktur Profetik Institute, Muh Asratillah Senge.

Di sisi lain, para penantang mengalami tren positif. Elektabilitas Munafri Arifuddin (Appi) naik dari 16,8 persen pada Desember 2019 menjadi 23,1 persen di Februari 2020 dan naik lagi menjadi 28,4 persen di Juni 2020.

Begitupun dengan Syamsu Rizal MI (Ical). Tren elektabilitasnya konsisten menanjak dari 6,5 persen di Desember 2019 menjadi 11,9 persen pada Februari 2020. Sekarang ini, Juni 2020, elektabilitas Ical sudah berada diangka 16,8 persen.

Sedikit berbeda, Irman Yasin Limpo (None) juga mengalami kenaikan elektabilitas namun tidak dalam lompatan yang besar. Pada Desember 2020, None memiliki tingkat elektabilitas 1,8 persen dan naik menjadi 2,9 persen di Februari 2020. Terakhir pada Juni 2020 ini elektabilitas None hanya mencapai 3,4 persen.

“Ketidakmampuan Danny menjaga dukungan partai yang sebelumnya menyatakan dukungan ke dia agaknya menjadi salah satu faktor penyebab konsttituennya mengalihkan dukungan. Apalagi pergerakan penantang massif, contohnya Deng Ical dengan aktifitas PMI yang mendapatkan momentum luar biasa pada masa pandemi Covid-19 sekarang ini,” tutur Asratillah.

Mengomentari hasil survei tersebut, pakar politik dari Universitas Muhammdiyah Makassar, Dr Luhur Andi Prianto tidak heran elektabilitas Danny anjlok. Menurutnya kecenderungan seperti itu memang wajar dialami calon petahana.

“Memang kekurangan menjadi incumbent adalah tidak ada lagi pesona, karena sudah terukur kinerjanya. Kekurangannya petahana kita (Danny.red) itu kan sudah selesai masa jabatannya. Dia tidak punya lagi ruang dan infrastruktur atau ormas-ormas yang bisa digerakkkan untuk berinteraksi dengan pemilih secara langsung,” papar Luhur.

“Di sisi lain, kinerjanya sudah terukur sehingga masyrakat sudah punya preferensi seperti apa pencapaiannya selama berkuasa. Sehingga memang petahana itu kencenderungannya menurun,” simpulnya.

Survei Profetik Institute digelar pada 17-26 Juni 2020 dengan melibatkan 1.200 responden yang dipilih menggunakan metode multistage random sampling. Proporsi sampel juga disesuaikan dengan parameter populasi warga Makassar versi Badan Pusat Statistik, seperti demografi agama, gender, dan suku, serta data DPT KPU.

Sementara tingkat kesalahan atau margin of error diperkirakan sebesar +/- 2,6 persen. (*)