Beranda Headline News ANALISIS: Kemana Partai Golkar Berlabuh Setelah Ditinggal Danny?

ANALISIS: Kemana Partai Golkar Berlabuh Setelah Ditinggal Danny?

HERALDMAKASSAR.com – Setelah ditinggal Danny Pomanto, Partai Golkar bak kehilangan kepercayaan diri. Partai yang dulunya perkasa dan jadi rebutan di setiap pertarungan Pilkada, kini meredup. Ibaratnya, pohon beringin tak serindang dulu seperti di era kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo.

Bahkan, seorang Danny Pomanto saja, berani meninggalkan Golkar. Ia bahkan datang menawarkan diri, lalu pergi tanpa pesan. Entah apa alasannya.

Kini, di saat pelaksanaan Pilkada kian mepet, memaksa Partai Golkar untuk mencari tempat baru untuk berlabuh. Bertahan untuk menanti kembalinya Danny, tentu hal yang mustahil. Meski secara ril politik, Danny baru mengantongi satu partai, yakni Partai Nasdem yang memiliki 6 kursi DPRD Kota Makassar.

Komunikasi politik dilancarkan, guna membidik peluang yang masih tersisa. Meski agak malu-malu, Golkar harus menegakkan marwahnya untuk bisa mengambil peran dalam percaturan politik lokal di Makassar.

Masih ada tiga bakal calon walikota yang tersisa selain Danny. Ada Syamsu Rizal alias Deng Ical, Munafri Arifuddin alias Appi dan Irman Yasin Limpo alias None. Dari tiga bakal calon ini, hanyalah None yang belum mematangkan bakal calon wakilnya.

Baik Deng Ical maupun Appi, keduanya sulit lagi menggeser pasangannya. Deng Ical telah mantap memilih dokter Fadli Ananda, sedang Appi telah berpasangan dengan Rahman Bando.

Syarat wakil ini menjadi penting, sebab Partai Golkar punya kader sendiri untuk dipasang jadi bakal calon wakil, siapapun yang mengendarai partai ini. Partai ini mendorong anak Nurdin Halid, Zunnun untuk jadi wakil walikota.

Disinilah dilema sesungguhnya. Merapat ke Deng Ical atau Appi, maka Partai Golkar hanya sebatas partai pengusung. Sebab rasanya sulit keduanya mengakomdasi Zunnun untuk jadi bakal calon wakil walikota.

Satu-satunya harapan ada di None. Sebab hingga kini, None belum juga mencukupkan dukungan partainya untuk maju di Pilkada. Ia baru mendapatkan surat tugas dari Partai Amanat Nasional (PAN) untuk mencari koalisi partai.

Jika PAN koalisi Golkar, sudah memenuhi ambang batas minimal pengajuan calon yakni 10 kursi. Sebab, baik Golkar maupun PAN, sama-sama mengantongi 5 kursi pada pileg lalu.

Selain itu, None juga memang belum mematangkan bakal calon wakil walikotanya. Memang, ada beberapa nama yang berkembang, namun masih sebatas wacana.

Akankah akhirnya Golkar berlabuh di None? Partai yang sekian tahun dibesarkan kakak kandungnya. Memang masih sulit ditebak, apalagi jika syarat utama mengendarai partai ini “wajib” menggandeng Zunnun. Mari kita hitung-hitung untung ruginya.

(MAL)