Beranda Headline News Survei Kompas: Semua Parpol Baru Tidak Lolos PT

Survei Kompas: Semua Parpol Baru Tidak Lolos PT

HERALDMAKASSAR.com – Hasil survei Litbang Kompas 22 Februari-5 Maret menunjukkan menunjukkan, semua partai politik pendatang baru gagal menembus ambang batas parlemen atau parliamentary threshol (PT). Selain parpol pendatang baru, juga ada beberapa partai lama yang tidak mampu menembus Senayan.

Yakni, Partai Hanura, PKPI, dan PBB. Partai Hanura yang menjadi satu-satunya parpol yang saat ini mempunyai kursi di DPR, tetapi terancam tak lagi melenggang ke Senayan.

Elektabilitas Hanura turun drastis dibanding Pemilu 2014 dengan 5,3 persen. Enam parpol lain yang juga terancam tak lolos ke Parlemen adalah partai lama yang tidak memiliki kursi di DPR serta partai pendatang baru.

Partai Bulan Bintang (PBB) hanya dipilih oleh 0,4 persen responden, begitu juga Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang hanya mendapat 0,2 persen.

Sementara empat parpol partai politik pendatang baru juga belum mampu melawan dominasi parpol lama. Partai Perindo menjadi yang teratas dengan 1,5 persen, disusul Partai Solidaritas Indonesia 0,9 persen, Partai Berkarya 0,5 persen, dan Partai Garuda 0,2 persen. “Meski mempertimbangkan tingkat sampling error +/- 2,2 persen pun, parpol ini masih sulit memenuhi angka minimal ambang batas parlemen,” tulis peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu, seperti dikutip dari harian Kompas, Kamis (21/3/2019).

Yang mengejutkan, 3 partai yang selama ini berada di papan tengah, justru kesulitan menembus PT 4%. Ketiganya ialah PAN 2,9 persen, PPP 2,7 persen, dan Nasdem 2,6 persen. Kendati demikian, apabila ditambah dengan tingkat margin of error +/- 2,2 persen, ketiga parpol ini masih mempunyai peluang lolos ke Senayan.

Sedang yang diprediksi lolos, berdasarkan survei Kompas, yakni 6 parpol. Masing-masing PDI-P 26,9 persen, Gerindra 17,0 persen, Golkar 9,4 persen, PKB 6,8 persen, Demokrat 4,6 persen, dan PKS 4,5 persen.

Survei Litbang Kompas ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.

(TIM)